Lonjakan Kasus Corona DKI: Laboratorium Libur dan Warga Abai

CNN Indonesia
Rabu, 10 Jun 2020 11:48 WIB
Pengendara melintasi mural bertema 'New Normal New Problem' di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Selasa (9/6/2020). Mural itu pesan menyambut era tatanan kehidupan baru ketika setiap orang harus mengedepankan protokol kesehatan saat berkegiatan di tengah pandemi COVID-19. CNN Indonesia/Andry Novelino
Pengendara melintasi mural 'New Normal New Problem' di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, 9 Juni 2020. (CNN Indonesia/ Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penambahan kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia menembus rekor pada Selasa (9/6). Tercatat, per Selasa pukul 12.00 WIB, tambahan kasus positif harian di Indonesia mencapai 1.043 orang.

Terkait hal tersebut, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penambahan kasus paling tinggi. Merujuk data pemerintah pusat yang diumumkan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, kemarin kasus positif di Jakarta bertambah 232 kasus.

Sementara, menurut data milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, penambahan kasus positif kemarin sebanyak 234 kasus. Sehingga, DKI pun mencatat kasus positif di ibu kota RI itu secara kumulatif hingga kemarin mencapai 8.276 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan lonjakan penambahan kasus harian ini karena tertundanya hasil pemeriksaan sampel dari beberapa laboratorium swasta.

"Diketahui bahwa pada hari Sabtu-Minggu itu terjadi libur, sehingga pengerjaan spesimen baru dikerjakan baru hari Senin," kata Ani dalam konferensi pers yang ditampilkan saluran resmi Pemprov DKI Jakarta di Youtube, Selasa (9/10).

"Sehingga hasil tes meningkat dengan pesat karena pelaporannya baru disampaikan pada hari Selasa," lanjutnya.

Sementara itu, menyikapi lonjakan kasus positif tersebut, Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono menilai ada korelasi juga dengan perilaku masyarakat jelang dan pascalebaran.

Untuk diketahui, pada kenyataannya saat sebelum dan setelah Lebaran, tingkat kedisiplinan masyarakat dianggap sempat berkurang meskipun DKI masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Saat itu, mereka mulai kembali memadati pasar hanya untuk berbelanja baju Lebaran. Seperti di Jakarta misalnya, kepadatan di Pasar Tanah Abang kembali terjadi sepekan sebelum lebaran.

"Bulan ramadan itu termasuk menjelang Lebaran. Masyarakat juga selama Ramadan setiap sore keluar (rumah), padahal masih dianjurkan stay at home," kata Pandu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (9/6).

Selama Ramadan kemarin, antusiasme masyarakat untuk mencari takjil yang menemani waktu berbuka puasa memang sempat tinggi. Di Jakarta saja, di beberapa lokasi seperti Pasar Takjil Johar Baru saat itu dipadati warga yang keluar rumah untuk mencari santapan buka puasa.

Melihat fenomena itu, Pandu enggan hanya menyalahkan kebijakan dan ketegasan pemerintah. Menurut dia, abainya masyarakat dengan virus corona ini juga berpengaruh pada lonjakan kasus positif Covid-19.

"Yang paling penting sekarang masyarakat yang harus bertanggung jawab. Jadi, sekarang tuh kembali ke masyarakat," ujar Pandu.

"Konsepnya ini kita salah dalam PSBB, karena semuanya seolah-olah urusan pemerintah. Padahal garda terdepan masyarakat," lanjutnya.

Warga mulai memadati pedagang kaki lima sekitar jalan Jatibaru, Tanah Abang. Jakarta, Minggu, 17 Mei 2020. Meski pemberlakuan PSBB Jakarta belum dicabut, sejumlah warga mulai melakukan aktivitas seperti biasa kembali. Data Kemenkes, 17.000 lebih warga telah positif terinfeksi corona, dengan kasus terbanyak DKI Jakarta dengan 5.881 kasus. CNNIndonesia/Adhi Wicaksono.Warga memadati Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, jelang hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah meskipun PSBB masih berlangsung, 17 Mei 2020. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Menurut Pandu, sebetulnya masyarakat masih bisa tetap beraktivitas di luar rumah. Kendati begitu, tingkat kedisiplinan masyarakat yang enggan memakai masker dan menjalani pola hidup bersih dan sehat masih minim.

Senada dengan Pandu, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Hermawan Saputra juga menilai abainya masyarakat terhadap aturan-aturan PSBB selama Ramadan kemarin turut menyumbang peningkatan kasus positif corona secara nasional, termasuk di DKI.

Oleh karena itu, kata Hermawan, pihaknya tak kaget ketika pemerintah mengumumkan lonjakan kasus positif virus corona di Indonesia saat ini.

"Keramaian saat Lebaran, sebelum dan sesudah dampaknya satu dan dua minggu setelahnya. Sekarang persis dua minggunya, itu sesuai dengan prediksi dan analisis kita dari Kesehatan Masyarakat," kata Hermawan.

Selain itu, sambung Hermawan, yang tak bisa dipungkiri adalah peningkatan kapasitas pemeriksaan spesimen.

Menurut dia, saat ini kasus positif virus corona di Indonesia merupakan fenomena gunung es. Jumlah orang positif yang belum terdeteksi masih lebih banyak dibanding yang sudah terdeteksi.

Jika pemerintah terus meningkatkan kapasitas pemeriksaan spesimen, ia meyakini akan lebih banyak lagi kasus positif yang terdeteksi. Dengan kata lain, sambungnya, semakin banyak orang yang terdeteksi mengidap virus corona, maka akan semakin terlayani dan terawat,.

Alhasil penyebaran kasus corona bahkan yang berujung fatal pun bisa terus ditekan. Hal itu, kata Hermawan, justru akan membuat masyarakat lebih tenang.

"Sehingga kita tidak terlalu parno juga dengan kenaikan. Fakta memang gunung es fenomena, sesuatu yang belum kelihatan dan terbukti sebagai kasus lebih besar ketimbang 33 ribu kasus positif hari ini," ujarnya.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (Bank BNI) berkolaborasi dengan jaringan Rumah Sakit Bunda dan JSK Group menggelar swab test Covid-19 secara gratis untuk 30.000 orang di area parkir selatan GBK, Jakarta, Kamis (21/5/2020). CNN Indonesia/Andry NovelinoPetugas dengan APD di dalam bilik mengambil sampel dari warga untuk tes risiko infeksi Covid-19 di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, 21 Mei 2020. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Oleh karena itu, Hermawan menganjurkan agar pemerintah terus meningkatkan kapasitas tes harian. Apalagi Presiden Joko Widodo juga sudah menargetkan agar kapasitas tes mencapai 20 ribu spesimen per hari.

"Minimal punya kapasitas 20 ribu spesimen per hari pemeriksaannya, itu baru kita bisa betul-betul mengukur sejauh mana kesiapan dan penanganan untuk Covid-19 ke depan," tuturnya. (dmi/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER