Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, pihak Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabad akan mengintensifkan pengetesan virus corona di beberapa tempat keramaian untuk menekan ruang penyebaran Covid-19. Tes ini seiring perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) proporsional di wilayah Bogor-Depok-Bekasi (Bodebek).
Ridwan menyebut tempat-tempat keramaian yang akan jadi target pengetesan, antara lain pasar, tempat pariwisata, terminal, stasiun hingga kawasan industri.
"Jadi mulai dua minggu ke depan selain pasar, pariwisata, terminal, dan stasiun, kita akan fokus ke industri," kata pria yang karib dipanggil Emil dalam jumpa pers di Gedung Pakuan, Jumat (3/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tes di lokasi industri sendiri perlu dilakukan mengingat dalam PSBB terdapat pelonggaran aktivitas perekonomian. Emil mencontohkan salah satu industri di Kabupaten Bekasi yang ketahuan terdapat kasus baru.
Emil menjelaskan, kasus infeksi di pabrik PT Unilever Indonesia di Cikarang, Bekasi merupakan kasus lintas wilayah. Banyak mereka berdomisili di Kabupaten Karawang namun kerja di Kabupaten Bekasi.
"Maka kewaspadaan perlu ditingkatkan saat ekonomi yang sudah dibuka. Saya meminta kepala daerah memerintahkan industri melakukan tes PCR mandiri minimal 10 persen dari karyawannya secara acak untuk memastikan tidak ada anomali lainnya," papar Emil.
Emil berujar, keputusan Pemerintah Provinsi Jabar memperpanjang PSBB di Bodebek dilandasi kajian ilmiah dan transparan. Saat ini, lanjut dia, peningkatan angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 di Jabar sudah masuk lampu kuning.
"Paling tinggi Rt-nya di Depok. Saya sudah rapat khusus dengan Pak Wali Kota Depok untuk meningkatkan intensitas pengetesan, tracing dan lain-lain sehubungan dengan banyak sekali warga Depok yang bekerja di wilayah Jakarta dan sebaliknya," kata Emil.
Menurut pakar epidemiologi Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran Bony Wiem Lestari, angka reproduksi efektif (Rt) di Jawa Barat terhitung mulai 1 Juli berada di angka 1,1. Namun dari sisi tren kasus positif Covid-19 mulai 19 Juni-1 Juli, masih berada di angka 0,84.
"Hal ini menunjukkan bahwa angka reproduksi efektif (di atas satu), kita semua harus waspada dan dari permodelan yang kami lakukan masih akan terjadi potensi peningkatan kasus positif dalam satu bulan ke depan," kata Bony.
Ia menambahkan, peningkatan kasus positif virus corona terjadi karena ada pelonggaran aktivitas masyarakat saat PSBB diberlakukan. Sehingga ada kemungkinan terjadi euforia di masyarakat.
"Peningkatan kasus positif ini terjadi terutama setelah PSBB Jawa Barat itu diangkat oleh Pak gubernur pada 26 Juni kemarin. Sehingga barangkali ada pengaruh juga euforia masyarakat," ujarnya.
Meski begitu, Bony menilai kondisi secara umum terkait jumlah kasus Covid-19 di Jabar masih terkendali. Sehingga dalam hal ini perlu kerja sama yang baik antara pimpinan daerah dan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan yaitu mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak sosial.
"Harapannya dengan meningkatnya angka reproduksi efektif ini menjadi kewaspadaan kita bersama," ujar Bony.
(hyg/osc)