Ruang-ruang tertutup di gedung perkantoran Jakarta telah memberi pengaruh serius bagi para pekerja di ibu kota. Pemerintah Provinsi DKI baru-baru ini mengumumkan menemukan setidaknya 68 gedung perkantoran yang menjadi klaster penyebaran virus corona (Covid-19).
Gedung yang menjadi sarang penularan Covid-19 beragam. Mulai dari lapak kantin di perkantoran, hingga gedung-gedung kementerian dan dinas pemerintah yang seharusnya telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sebanyak 68 klaster perkantoran itu telah menyumbang 440 kasus positif.
Ada sebagian kasus perkantoran yang disebut telah diatasi. Namun, klaster-klaster baru kembali bermunculan. Terbaru, virus corona di perkantoran telah merambah sejumlah kantor kelurahan, kecamatan, bahkan Gedung DPRD DKI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu orang anggota dewan dan satu orang pegawai DPRD DKI Jakarta positif terinfeksi Covid-19. Tak mau ambil risiko, gedung wakil rakyat itu langsung ditutup selama lima hari, terhitung sejak Rabu (29/7) ini hingga 2 Agustus mendatang.
"Iya benar (ada kasus positif di DPRD DKI). Satu anggota dan satu PNS. Sekarang sudah isolasi di rumah sakit," kata Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi saat dihubungi, Selasa (28/7).
Pras mengatakan, anggota dewan yang positif itu kemungkinan tertular di luar area DPRD DKI Jakarta. Apalagi sebagai anggota dewan, pihaknya masih sering bertemu dengan masyarakat.
Lebih lanjut Pras mengatakan nantinya seluruh anggota dewan akan mengikuti tes swab untuk mendeteksi pelacakan.
"Nanti per fraksi swab, termasuk saya karena belakangan banyak aktivitas di kantor," tuturnya.
Pemprov DKI juga mencatat ada tiga kantor kelurahan yang terpapar virus corona. Mereka masing-masing Kelurahan Karang Anyar (7 kasus), Kelurahan Cempaka Putih Timur (7 kasus), dan Kelurahan Cempaka putih Barat (9 kasus).
Kemudian terdapat kasus baru yang terekspose media yakni Kantor Kelurahan Serdang, Jakarta Pusat, dan Kantor Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Untuk Kantor Kelurahan Serdang, virus corona menyasar langsung Lurah Serdang. Kini lurah tersebut menjalani isolasi mandiri.
Klaster perkantoran yang muncul bak jamur di musim hujan ini, tak lepas dari kebijakan pemerintah yang mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Catatan CNNIndonesia.com, pemerintah pada 11 Mei lalu memberikan kesempatan kepada kelompok muda usia di bawah 45 tahun untuk tetap bekerja di tengah pandemi virus corona.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo saat itu mengungkap tujuan pelonggaran ini untuk menekan potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) warga yang terdampak corona.
"Kelompok ini tentu kita beri ruang untuk bisa aktivitas lebih banyak lagi sehingga potensi terkapar karena PHK bisa kami kurangi," ujar Doni dalam jumpa pers melalui siaran langsung akun Instagram Sekretariat Kabinet, Senin (11/5).
Doni menilai kelompok usia di bawah 45 tahun ini tak rentan terpapar corona. Secara fisik, kebanyakan mereka yang berusia di bawah 45 tahun sehat dan memiliki mobilitas tinggi.
Di sisi lain, angka kematian akibat corona dari kelompok usia di bawah 45 tahun ini hanya 15 persen. Sementara angka kematian tertinggi 45 persen dari kelompok usia 60 tahun ke atas.
"Kelompok muda usia di bawah 45 tahun mereka adalah secara fisik sehat, punya mobilitas tinggi, dan rata-rata kalau toh terpapar belum tentu sakit. Mereka tidak ada gejala," kata pria yang juga Kepala BNPB tersebut.
Risiko perkantoran sebagai pusat penularan sebenarnya telah diungkap oleh sejumlah lembaga penelitian. Tak heran, hanya dalam hitungan bulan setelah kantor kembali diizinkan beroperasi, klaster perkantoran pun mulai bermunculan.
Ada beberapa faktor yang membuat kantor jadi rawan penularan. Faktor-faktor itu antara lain kepadatan kantor, kontak permanen dalam waktu lama, ruang tertutup dan ventilasi yang buruk, hingga fasilitas bersama di dalam kantor.
Sementara itu epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyatakan klaster kantor muncul karena perkantoran telah mengabaikan pencegahan penularan Covid-19.
"Kluster kantor cenderung akan mendominasi daerah perkotaan. Hal ini terjadi Karena umumnya saat ini mereka sudah abai dalam melakukan pencegahan," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Jumat (17/7).
Dicky menuturkan banyak perkantoran yang sudah kurang menekankan pola kerja dari rumah di tengah pandemi yang masih berlangsung. Padahal, dia berkata mekanisme penularan Covid-19 utamanya lebih efektif di lokasi indoor.
Klaster perkantoran ini jadi tantangan serius Pemprov DKI. Data yang ada sekarang bisa jadi belum mencerminkan realitas yang sebenarnya. Sebab, diduga masih ada kantor yang menyembunyikan kasus Covid-19.
Hal itu pun diakui oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta, Andri Yansah.
Dia bilang sampai sejauh ini masih sedikit perusahaan yang melaporkan pegawainya terpapar virus corona. Untuk itu ia mengimbau perusahaan dan perkantoran melapor jika ada pegawai yang terpapar virus corona.
"Jangan ditutup-tutupi, toh juga kita tidak melakukan apa-apa kok. Malahan, buat perusahaan itu sehat dan bisa beraktivitas kembali," ungkap Andri saat ditemui di Balai Kota Jakarta, Senin (27/7).
(wis/gil)