Polemik Video Anji dan Ragam Klaim Ramuan Penangkal Corona

CNN Indonesia
Senin, 03 Agu 2020 14:52 WIB
Komisi Kesehatan DPR mengingatkan penyebaran informasi salah Covid-19 adalah penyesatan yang bisa diproses secara hukum bila merugikan kepentingan masyarakat.
Video Anji tentang corona berbuntut polemik di masyarakat.(Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengingatkan penyebaran informasi yang salah terkait pandemi virus corona (Covid-19) adalah penyesatan yang bisa diproses secara hukum bila terbukti merugikan kepentingan masyarakat luas.

Itu disampaikan Saleh merespons video yang diunggah musisi Anji di saluran Youtube-nya. Dalam video tersebut, Anji mewawancarai seorang yang diklaim sebagai dokter dan ahli mikrobiologi bernama Hadi Pranoto yang telah menemukan obat virus corona atau Covid-19. Video tersebut kini tidak tampak di youtube dunia MANJI sejak Minggu (2/8) malam.

Menurut Saleh, banyak klausul hukum yang bisa menjerat tindakan penyesatan informasi yang dilakukan masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penyebaran informasi yang salah adalah penyesatan. Tindakan seperti ini tentu tidak bisa ditolerir. Jika nyata-nyata merugikan kepentingan umum, harus ada tindakan hukum yang tegas. Saya kira banyak klausul hukum yang bisa diterapkan terkait hal itu," kata Saleh kepada CNNIndonesia.com, Senin (3/8).

Saleh mengingatkan setiap orang dilarang menyebarkan informasi keliru secara sengaja. Apalagi, lanjutnya, informasi yang disebarkan itu bertujuan untuk membuat orang lain salah guna mendapatkan keuntungan sepihak dari pemberi informasi.

Ia pun meminta kepada semua masyarakat agar tidak ikut menyebarkan informasi salah yang tidak bertanggung jawab. Dia meminta masyarakat berhati-hati dalam memberikan dan menerima informasi seputar Covid-19, sebagai salah satu kunci penting dalam memutus mata rantai penularan di tengah masyarakat.

"Harus saling jaga. Saling mengingatkan. Musuhnya adalah Covid-19. Semua harus bekerjasama untuk melawannya," ujar politikus PAN tersebut.

Saleh juga berkata, orang yang berbicara terkait obat Covid-19 harus memiliki keahlian yang sesuai atau berlatar belakang pendidikan terkait virus agar informasi di tengah masyarakat tidak simpang siur.

"Orang yang berbicara mestinya adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan terkait virus. Kalau semua orang boleh bicara, informasinya akan simpang siur. Bahkan, antara satu dengan yang lain bisa saling tumpang tindih," tuturnya.

Berangkat dari itu, Ketua DPP PAN tersebut mendorong pemerintah untuk berdiri di barisan depan dalam memberikan informasi. Menurutnya, pemerintah harus menyaring berbagai informasi yang berserakan di media sosial.

"Jika ditemukan ada yang salah, harus diluruskan. Di situlah pentingnya juru bicara Covid-19 yang dibentuk pemerintah. Tentu di dalam tim juru bicara ada ahli-ahli yang representatif untuk meluruskan dan memberikan informasi valid," katanya.

Sebelumnya diketahui, Anji sempat mengunggah video berbincang dengan Hadi Pranoto yang disebut sebagai ahli mikrobiologi dan mengklaim telah menemukan obat berupa antibodi Covid-19.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) angkat suara menyikapi video itu dan menyatakan meragukan klaim Hadi Pranoto yang menyatakan telah ada obat Covid-19.

Wakil Ketua Umum PB IDI Slamet Budiarto mengatakan terdapat sejumlah tahap yang perlu dilalui untuk memperoleh obat Covid-19. Sejauh ini, penelitian masih dilakukan berbagai negara di dunia dan sulit bisa diselesaikan dalam waktu dekat.

"Di dunia ini belum ada yang secara khusus untuk Covid-19. Adanya adalah obat pencegah radang, kemudian obat memperingan tapi belum menyembuhkan," kata Wakil Ketua Umum PB IDI Slamet Budiarto kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Minggu (2/8).

Mantan vokalis grup band Drive, Anji menunjukkan album terbarunya bertajuk Anji saat peluncurannya di Jakarta, Rabu (29/10). Dalam album keduanya tersebut, Anji berkolaborasi dengan ratu rock Malasyia, Ella dan penyanyi kelahiran Australia Ming Bridges untuk lagu Kekasih Terhebat. ANTARA FOTO/Teresia May/ed/ama/14Mantan vokalis grup band Drive, Anji. (ANTARA FOTO/Teresia May)

Pembuatan obat harus melewati sejumlah tahap pengujian sebelum diklaim berhasil. Dimulai dari uji toksisitas, uji klinis kepada hewan, uji klinis terbatas kepada manusia, sampai uji klinis massal. Setelah melewati uji klinis, obat baru bisa dipakai. Namun itu pun hanya boleh dipakai secara terbatas, sebelum dipasarkan secara massal.

Slamet mengatakan pihaknya juga tidak mengetahui siapa Hadi Pranoto yang berbicara di akun Youtube Anji. Dia mengatakan Hadi tidak ada dalam data keanggotaan IDI. Sejauh ini yang pihaknya temukan adalah sosok dengan nama serupa, namun memiliki wajah berbeda.

"Setelah kita cek Hadi Pranoto ada tapi dokter bedah dan wajahnya berbeda. Kayaknya bukan. Beda orang. Saya kira harus kejar si Anji itu, itu siapa. Mikrobiologi, ya mikrobiologi di mana?" ujar Slamet.

Hingga berita ini ditulis, CNNIndonesia.com, belum mendapatkan konfirmasi baik dari Anji mengenai narasumbernya, termasuk dari Hadi Pranoto.

CNNIndonesia.com sudah menghubungi Anji dan narahubung musisi tersebut, Minggu (2/8) dan Senin (3/8), terkait unggahan itu namun tidak segera mendapatkan respons.

Di satu sisi, Anji telah buka suara mengenai wawancaranya terhadap Hadi Pranoto itu lewat fitur instastory pada akun Instagramnya, Senin.

Musisi dengan nama asli Erdian Aji Prihartanto itu berkelit disebut memberikan panggung kepada orang yang tidak kredibel terkait video obat Covid-19 miliknya yang hilang akibat diturunkan YouTube.

Ia bahkan membandingkan perolehan konten video kontroversial tersebut dengan video perbincangannya soal nasib bisnis pertunjukan musik kala pandemi.

Ragam Klaim Antivirus dan Obat  Corona

Sejak pandemi Covid-19 terjadi, dan di Indonesia kasus pertama ditemukan Maret lalu, sudah cukup banyak yang muncul dengan klaim obat corona atau antivirus corona.

Dari mulai obat-obatan herbal seperti minuman jenis empon-empon, suplemen dari ikan gabus dan temu lawak, kalung kayu putih, hingga arak bali.

Semua klaim itu pun datang dari pejabat publik. Empon-empon diyakini Presiden Jokowi bahkan mengaku menyuguhkan para tamu dengan racikan yang mengandung jahe, temulawk, kunyut, kencur, serai, dan kayu manis itu.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan pihaknya akan memperluas penggunaan kalung penawar covid-19 yang berbasis eucalyptus atau pohon kayu putih. Ia klaim kalung tersebut efektif membunuh virus corona.Kalung eucalyptus atau kayu putih yang dikembangkan Kementan untuk melawan virus corona. (CNN Indonesia/Wella Andany)

Lihat juga: Kemenkes: Tidak Ada Ramuan Jamu Obat Covid-19

Sementara Kalung Kayu Putih atau eucalyptus datang dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kemudian Menkes Terawan Agus Putranto dengan suplemen diracik dari ikan gabus dan temulawak.

Bahkan, Terawan pun menerbitkan Surat Edaran Dirjen Layanan Kesehatan Nomor HK.02.02/IV.2243/ 2020 tentang Pemanfaatan Obat Tradisional untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan Perawatan Kesehatan.

Hal tersebut untuk mendorong penggunaan obat tradisional dalam penanganan Covid-19 di fasilitas kesehatan salah satunya dengan obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka.

Gubernur Bali I Wayan Koster yang mempromosikan kegunaan arak Bali, serta Kapolda Jatim Irjen Pol M Fadil Imran yang mengklaim obat herbal asal China, Lianhua Qingwen Jiaonang mampu menyembuhkan pasien positif virus corona dengan gejala ringan sampai sedang.

Serupa pula dengan Satgas Lawan Covid-19 DPR RI yang muncul dengan ramuan herbal asal China, Herbavid 19.

Pada 25 Juli lalu, Kepala Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kementerian Kesehatan, Akhmad Saikhu, mengatakan hingga saat ini tak ada ramuan jamu yang berstatus sebagai obat Covid-19.

Ia mengakui pihaknya mencatat ada 12 ramuan jamu yang telah teruji secara saintifik. Namun, tak ada satupun yang khusus untuk mengobati Covid-19. Saikhu menyebut memang tak ada jamu yang mengobati Covid-19. Yang ada adalah jamu yang berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh.

Terlepas dari kontroversi obat, sekarang dunia tengah berburu waktu menciptakan vaksin anticorona. Salah satu diantaranya bahkan sedang melalui tahap uji di Indonesia.

Di luar obat-obatan herbal, Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang sempat positif Covid-19 mempromosikan Hydroxychloroquine sebagai obat untuk melawan virus corona tersebut. Namun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum dapat memastikan itu terbukti secara klinis dapat menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus corona.

(mts/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER