Sejumlah aktivis lintas Agama mendesak polisi segera menangkap otak penyerangan acara midodareni atau upacara malam sebelum ijab kabul di kediaman almarhum Assegaf bin Jufri, Kampung Mertodranan, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (8/8) malam.
Direktur Eksekutif Lembaga Studi Agama (eLSA), Tedi Kholiludin mengatakan kasus intoleran disertai kekerasan sudah kerap terjadi di Kota Solo, namun aparat kepolisian selalu membuka ruang negosiasi terhadap kelompok intoleran.
"Jelas sekali, bahwa keamanan dan ketertiban serta kerukunan selalu menjadi dalil untuk mengamini mereka yang melakukan tindakan intoleran," kata Tedi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tedi menyebut kepolisian yang tak tegas menindak kelompok intoleran selama ini membuat masyarakat yang menjadi sasaran mereka selalu menghentikan kegiatannya karena mendapat tekanan.
"Maka itulah konklusi dari dibukanya negoisasi," ujarnya.
Sementara, Lembaga Kajian Hukum Omah Publik menyatakan intelijen Polri maupun TNI lemah dalam mendeteksi kelompok intoleran sebelum melakukan aksinya. Padahal, kelompok intoleran yang berada di Solo sangat mudah diketahui.
"Harusnya intelijennya bisa mengetahui. Percuma juga kalau peristiwanya akhirnya terjadi", kata Aktivis Omah Publik, Nanang Setyono.
Nanang pesimis polisi dapat mengungkap dan menangkap otak pelaku penyerangan meskipun Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi pernah menjabat sebagai Kapolresta Solo.
"Kalau pelaku sudah tertangkap, kita beri apresiasi. Tapi apakah sampai pada otak atau dalangnya, saya kira kok jauh dari itu," ujarnya.
Sementara itu, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah akan membantu pemerintah dan Polri serta TNI untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk tak terprovokasi dengan peristiwa penyerangan di Solo.
"Kita harus selalu menjaga dan mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia mencintai perdamaian dan menghargai keberagaman untuk memperkokoh solidaritas, kedewasaan dan moderasi agama guna mewujudkan kerukunan umat beragama," kata Ketua FKUB Jawa Tengah KH. Taslim Sahlan.
Sebelumnya, ratusan orang dari kelompok intoleran menyerang acara midodareni atau upacara malam sebelum ijab kabul di kediaman almarhum Assegaf bin Jufri, Kampung Mertodranan, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (8/8) malam.
Akibatnya tiga anggota keluarga luka-luka. Tiga mobil dan dua sepeda motor milik keluarga korban juga rusak.
Polisi berhasil menangkap lima orang berinisial BD, ML, RN, MM, dan MS yang diduga pelaku penyerangan pada Selasa (11/8). Kelima orang itu pun telah ditetapkan tersangka.
Kapolda Jateng Irjen Achmad Lutfi mengatakan pihaknya masih memburu pelaku penyerangan lainnya. Dari kelima tersangka itu, polisi telah mengantongi identitas pelaku penyerangan lainnya.
"Kita akan terus buru pelakunya, dan kita akan mendapat back up dari Mabes Polri untuk mengejar pelaku. Tidak ada ruang untuk kelompok intoleran di Jawa Tengah," kata Lutfi.
(dmr/fra)