Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Agus Syamsudin menyebut ada tujuh tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit Muhammadiyah meninggal dunia karena terpapar virus corona (Covid-19). Rinciannya, satu dokter spesialis dan enam orang tenaga perawat.
"Kami kehilangan dokter dan perawat karena Covid-19. Setidaknya data terakhir yang kami punyai dari rumah sakit-rumah sakit Muhammadiyah Aisiyah, hari ini kita sudah ada tujuh syuhada karena Covid-19," kata Agus dalam jumpa pers yang disiarkan akun Youtube Muhammadiyah Channel, Rabu (26/8).
Agus menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga para tenaga kesehatan. Ia menyebut para tenaga kesehatan itu meninggal dunia dalam upaya jihad melawan pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh Agus menyoroti kematian di kalangan tenaga kesehatan yang semakin meningkat. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kata dia, mencatat sudah ada 89 orang dokter meninggal dunia karena Covid-19.
"Oleh karena itu menjadi critical, menjadi concern bagi kita semua sekarang ini untuk bagaimana menjaga para tenaga kesehatan ini diberikan satu kekuatan sekaligus upaya-upaya nanti supaya tidak terpapar Covid-19," ujarnya.
Agus berpesan kepada para nakes untuk selalu mematuhi protokol pencegaham Covid-19. Ia juga meminta pihak rumag sakit memberi perlindungan lebih, seperti melakukan tes rutin, tracing jika ditemukan nakes positif Covid-19, dan memberi istirahat bagi nakes yang sakit.
Dia juga meminta pemerintah serius dalam merespons hal ini. Ia berpendapat pemerintah perlu merumuskan cara baru untuk melindungi para nakes.
"Saya tidak tahu kapan kita akan berakhir, tapi mendidik tenaga kesehatan itu memerlukan waktu, keahlian tertentu, dan jumlah biaya tertentu yang tidak bisa dipercepat. Oleh karena itu, perlindungan kepada tenaga kesehatan menjadi keniscayaan," ucapnya.
Kematian para nakes sebelumnya juga menjadi perhatian IDI. Tercatat ada 89 dokter yang meninggal dunia. Tingkat kematian para dokter yang terpapar Covid-19 mencapai 4,35 persen.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi berkata beban kerja dan mental tenaga medis menjadi salah satu faktor. Selain itu, ia juga menyoroti infrastruktur kesehatan yang masih memungkinkan penyebaran Covid-19.
"Yang paling penting adalah bagaimana faskes memfasilitasi, ketersediaan APD dan regulasi. Regulasi ini bukan hanya masalah kompensasi dan insentif saja tapi juga jaminan dan perlindungan," ucap Adib dalam webinar, Senin (24/8).
(dhf/osc)