ANALISIS

Jago Pilkada PDIP, Simalakama dan Kaderisasi yang Terluka

CNN Indonesia
Kamis, 03 Sep 2020 09:50 WIB
Sejumlah nama non-kader yang diusung PDIP di Pilkada 2020 dinilai melukai kaderisasi partai, namun menunjukkan PDIP sebagai partai yang terbuka.
Sejumlah nama non-kader yang diusung PDIP di Pilkada 2020 dinilai melukai kaderisasi partai, namun menunjukkan PDIP sebagai partai yang terbuka. (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) rampung mengumumkan sejumlah nama yang diusung dalam gelaran Pilkada Serentak 2020. Dari sejumlah nama pasangan calon yang diumumkan PDIP, tak semua merupakan kader berlogo banteng.

Di Pilkada Surabaya, misalnya, PDIP mengusung Eri Cahyadi yang merupakan PNS berstatus sebagai Kepala Bappeko Kota Surabaya. Hal ini yang ditengarai memicu keresahan dan suara protes dari para kader Kota Pahlawan.

Eri bukan kader PDIP, namun dikenal sebagai suksesor Risma dari kalangan birokrat. Di saat bersamaan, akar rumput menginginkan Whisnu Sakti, yang merupakan Wakil Wali Kota Surabaya dua periode untuk diusung Megawati menggantikan Risma.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Calon non-kader juga diusung PDIP terhadap, Bobby Nasution-Aulia Rahman di Pilwakot Medan, pasangan Muhammad-Rahayu Saraswati Djojohadikusumo di Pilwakot Tangsel. Lalu, pasangan Ipuk Fiestiandani-Sugirah di Pilbup Banyuwanyi.

Ketua DPD PDIP Sumut Djarot Saiful Hidayat (kanan) pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan Bobby Nasution (kedua kiri) dan Aulia Rahman (kiri) usai pengumuman rekomendasi calon kepala daerah secara virtual di Medan, Sumatera Utara, Selasa (11/8/2020). DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan resmi mengusung menantu Presiden Joko Widodo Bobby Nasution dan Aulia Rahman sebagai pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020. ANTARA FOTO/Septianda Perdana/foc.Bobby Nasution dan Aulia Rahman Foto: ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA

Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menuturkan selama ini PDIP selalu mengklaim bahwa banyak kadernya yang diusung dalam pilkada. Namun, nyatanya nama-nama yang diusung menunjukkan fakta yang berbeda.

"Hemat saya rekrutmen politik dan kaderisasi politik yang terlukai, kenapa, karena selama ini biasanya PDIP mempersiapkan dengan baik soal pilkada itu," ujarnya dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (3/9).

Menurut Ujang, selama ini secara kelembagaan PDIP sebenarnya telah melakukan proses penjaringan kader untuk pilkada dengan baik. Namun, dalam perjalanannya, kerap kali ada hal-hal yang tak mungkin bisa dihindari. Misalnya, putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka yang ingin mencalonkan diri sebagai calon wali kota Solo.

"Menjadi dilema dan buah simalakama, di satu sisi ingin kadernya maju, tapi di sisi lain ada kekuatan lain yang tidak bisa menolak itu," kata Ujang.

Berbeda dengan Ujang, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai fenomena tersebut memiliki arti PDIP tengah menunjukkan diri sebagai partai terbuka. Artinya, siapa yang memiliki political resources atau sumber daya politik bisa bergabung dan diusung menjadi calon kepala daerah.

Pasangan bakal calon Walikota Solo dari PDIP, Gibran Rakabuming Raka - Teguh Prakosa mengenakan baju sumbangan salah satu distro di Solo saat menyerahkan sapi kurban di DPC PDIP Solo, Kamis (30/7).Gibran Rakabuming Raka - Teguh Prakosa Foto: CNN Indonesia/ Rosyid

"Kan rata-rata orang yang diusung oleh PDIP adalah orang yang memiliki bekal elektoral yang memadai, ataupun sosok yang sebenarnya cukup kuat dan berpengaruh," tutur Adi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (2/9).

Adi beranggapan PDIP tengah melakukan sebuah transformasi politik di pilkada tahun ini. Sebab, selama ini PDIP diketahui merupakan salah satu partai yang kerap memprioritaskan kadernya untuk diusung.

"Saya membaca ada satu perubahan tranformasi politik di PDIP," kata Adi.

Dengan langkah ini, kata Adi, partai berlambang banteng moncong putih ini ingin menunjukkan bahwa mereka bukan partai yang inklusif, dan terbuka bagi siapa saja yang mau bergabung.

Adi mencontohkan Eri Cahyadi yang diusung sebagai calon wali kota Surabaya. Eri sendiri bukanlah kader PDIP. Dia merupakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.

"Kalau dia (Eri) bukan kader PDIP saya yakin dalam waktu dekat dia akan di-PDIP-kan," ucap Adi.

Kemudian di Pilwakot Tangerang Selatan, PDIP diketahui mengusung Muhammad yang merupakan Sekretaris Daerah Kota Tangsel.

Pasangan bakal calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (kiri) dan bakal calon Wakil Wali Kota Surabaya Armuji (kanan) menyampaikan sambutan usai pengumuman rekomendasi calon kepala daerah yang diusung Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan di Taman Harmoni, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (2/9/2020). DPP PDI Perjuangan resmi mengusung pasangan Eri Cahyadi dan Armuji menjadi bakal calon Wali Kota dan bakal calon Wakil Wali Kota Surabaya pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020. ANTARA FOTO/Moch Asim/foc.Eri Cahyadi dan Armuji. Foto: ANTARA FOTO/MOCH ASIM

"Dia (Muhammad) adalah seorang birokrat, PNS, tapi Muhammad ini punya political resources, dia sudah populer, sudah dikenal orang, dan lainnya," tutur Adi.

Kendati demikian, Adi menilai PDIP tetap tak kehilangan rohnya sebagai partai dengan kaderisasi yang terbilang cukup baik. Sebab, dari 270 daerah di Pilkada Serentak 2020 ini, kata Adi, kecenderungannya rata-rata masih banyak kader PDIP yang diusung.

"Sedang bertransformasi, kalau kehilangan rohnya ya diobral," ucap Adi.

"Jadi di Pilkada 2020 mau siapapun, mau kalangan artis, pengusaha, profesional, mau birokrat kalau punya political resources dan bisa diajak jadi bagian PDIP itu yang saya sebut sebagai transformasi yang dilakukan," lanjutnya.

(dis/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER