Anggota Komisi I DPR RI, Putra Nababan, mengaku turut kehilangan tokoh pers legendaris idolanya, Jakob Oetama, yang meninggal dunia pada Rabu (9/9).
"Turut berduka atas meninggalnya Pak Jakob Oetama, seorang tokoh pers legendaris yang juga membawa inspirasi terhadap dunia pers dan perjalanan bangsa yang begitu besar," kata Putra
Lama berkecimpung di dunia jurnalistik, Putra sendiri mengaku mengidolakan sosok Jakob Oetama. Menurutnya, Jakob masih giat mengurus bisnisnya walau sudah malang melintang di dunia pers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jakob memang dikenal sebagai pebisnis yang bersama sahabatnya, PK Ojong, membangun majalah Intisari pada 1963 dan harian Kompas dua tahun setelahnya, 28 Juni 1965.
Gagasan untuk mendirikan Harian Kompas bermula dari keinginan besar dua sahabat itu untuk mewujudkan media massa independen dan mematangkan demokrasi negeri.
"Jadi saya sangat mengidolakan beliau karena beliau itu bisa mengombinasikan dan membuktikan pers yang baik itu juga bisa mensejahterakan karyawannya," kata Putra.
Ia kemudian berkata, "Jadi kita tidak hanya memikirkan konten, berita dan sebagainya, tapi kita juga bisa memikirkan bisnis dari media itu sendiri."
Putra mengatakan bahwa Jakob Oetama juga merupakan salah satu wartawan senior yang berhasil mengombinasikan jurnalisme bagus dan dapat berdampak sangat signifikan ke masyarakat maupun pemerintah.
Tokoh pers sekaligus pendiri Kompas Gramedia Group itu meninggal dunia pada Rabu (9/9) pukul 13.05 WIB. Ia meninggal dunia pada usia 88 tahun akibat gangguan multi-organ yang dideritanya.
Sebelum meninggal, Jakob sempat dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Jakob rencananya akan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9).
(dmi/has)