Pilkada Kota Pasuruan, Jawa Timur diwarnai adu gagasan oleh dua pasangan calon. Dari mulai tekad menerapkan Ekasila atau gotong royong, hingga membuat Pasuruan jadi Kota Madinah.
Mereka yang akan bertarung di Pilkada Pasuruan adalah Saifullah Yusuf-Adi Wibowo dan Raharto Teno Prasetyo-Hasjim Asjari.
Gus Ipul-Adi diusung koalisi partai politik, yakni PKB, Golkar, PKS, PAN, PPP dan Partai Gelora. Sedangkan Teno-Hasjim diusung PDI Perjuangan, Hanura, Nasdem dan Gerindra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasangan calon nomor urut 1, Saifullah Yusuf-Adi Wibowo ingin membuat Pasuruan jadi kota Madinah atau maju, indah dan harmoni. Saifullah Yusuf atau Gus Ipul bahkan pernah menulis buku tentang itu sebelum ditetapkan sebagai calon wali kota oleh KPU.
Buku yang ditulis Gus Ipul bertajuk buku berjudul Pasuruan Kota Madinah Van Java. Berisi gagasan dia membangun kembali kejayaan Kota Pasuruan.
Mantan Gubernur Jatim dua periode itu mengatakan ada sejumlah masalah yang harus diselesaikan, yaitu lapangan pekerjaan, pendapatan asli daerah yang kecil, sarana umum dan lain-lain.
Gus Ipul bertekad membuat Pasuruan jadi kota yang mandiri. Tidak lagi mengandalkan bantuan dari provinsi maupun pemerintah pusat.
Sejumlah loyalis lantas mendukung gagasan Gus Ipul tersebut yakni politikus senior PDI Perjuangan, Pudjo Basuki dan mantan Ketua DPC Partai Hanura Kota Pasuruan Lukman Hakim.
"Semangat perubahan yang akan menjadikan Pasuruan sebagai 'Kota Madinah' sangat dibutuhkan untuk mempercepat kesejahteraan warga," tutur Lukman mengutip Antara beberapa waktu lalu.
Sementara itu, pasangan calon petahana Raharto Teno Prasetyo-Hasjim Asjari ingin membuat Pasuruan semakin maju dengan menerapkan prinsip Ekasila atau gotong royong.
Hal itu diungkapkan Teno dalam deklarasi kampanye damai yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pasuruan, Sabtu lalu (26/9). Pidato Teno juga terekam dan diunggah oleh akun Youtube resmi KPU Pasuruan.
Teno, yang merupakan ketua DPC PDIP Pasuruan, mulanya mengatakan bahwa Pasuruan merupakan kota dengan berbagai keanekaragaman dan dinamika. Dia menilai Pasuruan adalah miniatur Indonesia.
"Kota Pasuruan dengan keanekaragamannya, dengan dinamikanya, miniatur Indonesia, bisa disatukan saling bahu membahu, demi kemajuan Kota Pasuruan, seperti halnya bangsa Indonesia dengan keanekaragaman yang bisa dipersatukan dalam sebuah frame Pancasila," kata Teno.
Keanekaragaman, lanjutnya, merupakan sebuah kekuatan dalam membentuk suatu bangsa dan daerah. Oleh karena itu, dia menilai penerapan ekasila atau gotong royong bisa membuat Pasuruan maju di tengah keberagaman yang ada.
"Jika kita peras Pancasila munculah ekasila yang didapatkan dari Trisila, yaitu dari sosio nasionalis, sosio demokratis, ketuhanan yang berkebudayaan," kata Teno.
"Dan jika kita peras lagi, kita kristalisasi lagi, hanya ada satu kata untuk mewujudkan kota Pasuruan yang lebih maju dan sejahtera adalah dengan cara bergotong-royong," tambahnya.