Pilu Nakes Surabaya, Dilumuri Tinja Saat Jemput Pasien Corona

CNN Indonesia
Sabtu, 03 Okt 2020 18:24 WIB
Istri dari pasien tidak terima suaminya dibawa ke rumah sakit lalu melumuri kotoran ke pakaian tim medis yang datang menjemput.
Ilustrasi tim medis khusus penanganan virus corona (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)
Surabaya, CNN Indonesia --

Seorang petugas tenaga kesehatan (nakes) di Surabaya, Cholik Anwar, mengalami kejadian memilukan saat bertugas. Perawat Puskesmas Sememi Surabaya itu dilumuri kotoran oleh keluarga orang terkonfirmasi positif corona (Covid-19), yang hendak dijemputnya.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Puskesmas Sememi Surabaya dr Lolita Riamawati. Ia mengatakan perawat yang dilumuri kotoran tersebut adalah anak buahnya, Cholik.

"Iya benar [perawat Puskesmas Sememi]. Baru pertama kalinya kejadian itu terjadi," kata Lolita, Sabtu (3/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lolita menceritakan bahwa kejadian itu bermula saat Tim Satgas Penanganan Covid-19 Kecamatan Benowo dan Puskesmas Sememi melakukan tes swab massal di Rusun Bandarejo, pada 23 September lalu.

Lima hari berselang, yakni 28 September, hasilnya pun keluar. Lolita menyebut ada seorang warga yang terkonfirmasi positif corona di daerah tersebut.

Di hari yang sama, tim berniat membawa warga yang positif Covid-19 itu ke puskesmas lantaran yang bersangkutan juga menderita penyakit lain sehingga dirasa perlu mendapat perawatan.

Pihak keluarga yang mengalami kontak erat pun diminta menjalani tes swab ulang di puskesmas. Namun mereka menolak.

"28 September 2020, hasil swab keluar positif. Petugas langsung melakukan tracing, lalu kita berikan edukasi, dan semua yang kontak erat harus swab ulang di puskesmas. Namun keluarga menolak," katanya.

Keesokan hari, 29 September, tim Satgas dan petugas Puskesmas Sememi, termasuk Cholik kembali mendatangi Rusun Bandarejo untuk melakukan evakuasi warga yang terkonfirmasi positif corona tersebut.

Di saat itulah kejadian memilukan terjadi. Saat petugas hendak membawa warga positif corona itu ke mobil ambulans, istri dari pasien ternyata masih tak terima.

Membawa kantong kresek berwarna hitam, Istri dari pasien itu kemudian menghampiri petugas kesehatan yang datang menjemput. Dia lalu mengolesi tinja yang dibawanya dengan kresek hitam ke baju para tenaga kesehatan.

"Ketika akan memasukkan pasien ke ambulas, si istri pasien ini keluar sambil membawa kresek hitam dan mengoleskannya ke petugas," ujarnya.

Lolita menyebut para petugas langsung mengetahui dari bau kotoran yang diolesi ke pakaian mereka.

"Soalnya dari baunya sudah tercium. Terus Mas Cholik bilang 'Bu, lapo sih atek ngunu? (kotoran manusia)'," kata dr Lolita, menceritakan kejadian.

Tak sampai di situ saja, kepada Cholik dan petugas lainnya, istri pasien tersebut juga melontarkan makian.

"Menurut cerita Mas Cholik, si ibu juga sempat bilang 'nyoh titik edang (ini dibagi yang rata)' terus sambil mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas," ucap Lolita.

Mendapatkan makian dan perlakuan yang tidak pantas, para petugas tetap menjalankan tugasnya dengan baik dan tidak terpancing emosi.

"Mereka tetap profesional, sabar, dan fokus menjalankan tugasnya meskipun dengan kondisi seperti itu. Karena pasien adalah yang utama," ucapnya.

Usai kejadian itu, Lolita mengatakan bahwa pihaknya dan keluarga sudah melakukan mediasi dengan difasilitasi oleh camat setempat. Namun sang istri pasien tetap saja tak memiliki itikad untuk meminta maaf.

"Enggak ada inisiatif [minta maaf]. Bahkan sudah ditanya pak camat untuk minta maaf si istri ini juga diam saja, nggak menjawab. Kita sudah melakukan mediasi," katanya.

Lolita mengatakan bahwa pasien yang positif corona itu kini tengah dirawat di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Keluarganya pun sudah menjalani tes swab.

"Tinggal nunggu hasilnya. Untuk istri dan anak keduanya kita lakukan isolasi di hotel agar tidak kabur. Sementara untuk anak pertama tetap di rusun, karena dia koperatif dan jika sewaktu-waktu dibutuhkan ayahnya agar bisa datang," ucapnya.

Lolita lalu berharap masyarakat mau membantu kerja para nakes memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, dan kooperatif dalam hal penanganan.

"Covid-19 tidak bisa diselesaikan kalau hanya nakes saja. Masyarakat harus ikut membantu. Kalau masyarakat tidak membantu, kami tidak bisa memutus mata rantai penularan ini sendiri," pungkasnya.

(frd/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER