Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad yang juga Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil membantah bahwa fenomena antibody-dependent enhancement atau ADE terjadi pada kandidat vaksin Covid-19.
Menurutnya, fenomena ADE sejauh ini baru terlihat pada dengue dan tidak terjadi pada SARS-CoV-2. Oleh karena itu, dia menilai vaksin Covid-19 yang kini sedang diuji oleh sejumlah pihak tergolong aman.
"Fenomena ADE ini sudah diselidiki pada percobaan preklinis kandidat vaksin SARS-CoV-2 dan dinyatakan aman," ujar Kusnandi mengutip laman resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional atau #SatgasCovid19, Kamis (8/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ADE merupakan fenomena yang mungkin terjadi pada pemberian antibodi (vaksin atau antibodi lain) yang berupa reaksi yang memperkuat infeksi sehingga terjadi suatu kejadian imunopatologis yang berat.
Fenomena ADE saat ini sedang menjadi pembicaraan banyak pihak karena muncul kekhawatiran terhadap kondisi tersebut pada saat pemberian vaksin Covid-19 kepada tubuh pasien.
Menjawab hal tersebut, Kusnandi menyatakan bahwa fenomena ADE sejauh ini baru terlihat pada dengue.
Keberadaan fenomena ADE pada kasus MERS, SARS, Ebola, dan HIV hanya ditemukan in silico atau pada simulasi komputer dan in vitro atau pada percobaan di cawan petri laboratorium.
"Tidak menggambarkan fenomena di manusia," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak itu.
Selain itu, Kusnandi menambahkan, dalam uji klinis yang sedang dilakukannya tidak ditemukan efek samping yang serius yang disebabkan oleh vaksin maupun vaksinasi. Demikian juga pada uji klinis fase 1 dan 2 sebelumnya.
"Hingga saat ini belum ada bukti terjadinya ADE [pada kandidat vaksin Covid-19 mana pun di dunia]. Namun, kewaspadaan dan monitoring terhadap keamanan vaksin tetap harus dilakukan," tegasnya.
(ang/fef)