Epidemiolog Soal Masyarakat Ragu Vaksin: Banyak yang Bingung

CNN Indonesia
Jumat, 16 Okt 2020 06:26 WIB
Epidemiolog menilai masih banyak yang ragu pada vaksin Covid-19 tak lepas dari informasi sepotong yang disampaikan pemerintah atas hal tersebut.
Ilustrasi pembuatan vaksin di laboratorium. (AFP/NICOLAS ASFOURI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog Pandu Riono menilai hasil survei Lapor Covid-19 yang menemukan masih banyak yang ragu pada vaksin virus corona itu tak lain karena kebingungan masyarakat terkait informasi-informasi yang beredar selama ini.

Selain itu, sambung Pandu, sejauh ini belum ada kandidat vaksin Covid-19 yang telah lulus uji klinis fase 3 sehingga tak heran masyarakat pun masih ragu-ragu.

"Masyarakat itu bingung, mana [informasi] yang bisa dipercaya, karena bingung makanya ada kelompok yang tidak percaya pada vaksin, bukan antivaksin. Tapi, mereka tidak percaya saja," kata Pandu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (14/10) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hingga saat ini, belum ada kandidat vaksin yang sudah lolos uji klinis tahap 3, makanya bingung," imbuh pria yang juga pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) tersebut.

Menurut Pandu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki peran dalam hal kepercayaan masyarakat pada vaksin. Apabila WHO mengumumkan kandidat vaksin untuk menghadapi virus corona, maka ada potensi masyarakat bisa percaya dan mau menggunakan vaksin Covid-19.

Meski dalam kasus di Indonesia, Pandu mengatakan, masih ada beberapa kelompok yang enggan mendapat vaksin karena takut akan efek sampingnya. Padahal vaksin tersebut telah teruji klinis.

"Salah satu indikator kepercayaan masyarakat [WHO] mungkin, tapi tidak bisa 100 persen karena masih ada yang tidak mau divaksin, takut pada efek sampingnya," katanya.

Hampir senada, epidemiolog lain, Masdalina Pane juga melihat keraguan yang masih menyelimuti sebagian masyarakat itu wajar karena sosialisasi tentang vaksin tidak menyeluruh.

Contohnya pemerintah tidak menginformasikan bahwa proses penelitian vaksin tersebut belum selesai. Sehingga, masyarakat yang tahu informasi ini tentunya akan memilih ragu-ragu menggunakan vaksin.

"Keraguan masyarakat juga ada benarnya karena sosialisasi tentang vaksinasi sendiri tertinggal jauh dengan informasi tentang terhentinya penelitian vaksin di beberapa negara, ditambah lagi proses penelitian fase 3 belum selesai di banyak negara," kata Masdalina.

Selain itu, Masdalina juga menilai pemerintah terlalu terburu-buru menginformasikan vaksinasi Covid-19. Padahal, sambungnya, hasilnya belum diketahui jelas apakah aman untuk digunakan masyarakat karena belum rampungnya uji klinis fase 3 itu di mana-mana.

"Saya kira pemerintah juga terburu-buru menginformasikan sesuatu yang belum jelas hasilnya. Mempersiapkan sistem untuk melakukan vaksinasi penting, tetapi tidak perlu juga mengumbar janji terlalu berlebihan bahwa ini akan mampu mengendalikan pandemi," tuturnya.

Untuk diketahui, Lapor Covid-19 sebelumnya melakukan survei Pemahaman dan Kepercayaan Masyarakat terhadap Vaksin dan Obat Covid-19 di Indonesia. Berdasarkan hasil survei tersebut, sebagian masyarakat masih ragu menerima vaksin Sinovac dan Merah Putih.

Kolaborator Ahli Lapor Covid-19 Dicky Pelupessy mengatakan, 69 persen responden ragu-ragu menerima vaksin Sinovac-Biofarma, dan 56 persen responden ragu-ragu tidak bersedia menerima vaksin Merah Putih hasil kolaborasi Eijkman-Biofarma.

Meski demikian, banyak responden lebih memilih menggunakan vaksin Merah Putih milik Eijkman ketimbang vaksin Sinovac yang didatangkan pemerintah dari China. Sebanyak 44 persen responden memilih menggunakan vaksin merah putih, sementara untuk vaksin Sinovac ada 31 persen responden.

Rincian temuan lainnya adalah 27 persen responden ragu-ragu menggunakan vaksin covid-19 Sinovac, 32 persen tidak setuju, 10 persen sangat tidak setuju. Sementara untuk vaksin merah putih, 37 persen responden mengaku ragu-ragu, 3 persen tidak setuju, 16 persen sangat tidak setuju.

(mln/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER