Pasien Berkurang, Tower 4 Wisma Atlet Ditutup

CNN Indonesia
Senin, 09 Nov 2020 17:30 WIB
Tower 4 di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran ditutup lantaran pasien bergejala ringan diklaim terus berkurang.
Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, di Jakarta, Kamis (10/9/2020). (Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Koordinator RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Mayjen Tugas Ratmono mengatakan tower 4 yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19 bergejala ringan ditutup karena jumlah pasien yang diklaim terus berkurang.

Tugas beralasan, langkah itu dilakukan untuk efisiensi karena kini pasien bergejala ringan yang dirawat di Wisma Atlet bisa ditampung di Tower 5. Adapun jumlah pasien Covid-19 bergejala ringan yang dirawat di tower 5 kini berjumlah 539 orang.

"Untuk efisiensi saya kira kita menggunakan saat ini tower 5, tadinya tower 4 dan 5, kapasitas 2 tower tadinya 3 ribuan sekian, kini hanya merawat 539, dan tower 4 saat ini belum difungsikan karena pasien ini bisa tampung di tower 5 saja," kata Tugas dalam 'Update RS Darurat Covid-19: Bahagia Kunci Kesembuhan' di Youtube BNPB, Senin (9/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun menyebut ada penurunan persentase pasien bergejala ringan yang dirawat di Wisma Atlet. Tugas merinci, pada momen sebelum libur panjang dan cuti bersama 28 Oktober-1 November 2020, persentase pasien di tower 4-5 untuk pasien bergejala sebanyak 44 persen.

Sementara pada laporan pagi ini, Tugas mengatakan keterisian pasien di Tower 4-5 hanya 36 persen. Dari jumlah itu, ia mengklaim masih ada sekitar 2.000 bed yang tersedia dan siap digunakan, meski tower 4 tidak difungsikan.

Untuk tower 6-7 yang merawat pasien tanpa gejala, pada Oktober lalu keterisiannya mencapai 23 persen, dan pagi ini hanya 17 persen.

Oleh karena itu, menurut Tugas, dalam beberapa pekan ini pasien Wisma Atlet mulai berkurang. Namun jika ada lonjakan kasus, ia menyebut RSD Wisma Atlet siap menampung sebab bed masih tersedia.

"Jumlah OTG 539, kemudian yang bergejala 1.036, ketersediaan [bed] cukup banyak, untuk pasien tanpa gejala kita masih punya 2.500 bed, untuk yang bergejala ada 2.000 bed yang tersedia, saat ini bed saya kira cukup," tutur dia.

Tugas menegaskan, sepanjang Oktober hingga awal November ini lebih banyak pasien keluar dari Wisma Atlet dibanding pasien yang masuk dan menjalani perawatan. Kondisi ini menurutnya, menunjukkan tren pelandaian kasus positif.

"Kami di Wisma Atlet melihat dari pasien yang masuk dan yang keluar itu lebih banyak pasien yang keluar [sembuh], sehingga akumulasi pasien kelihatan menurun terus, tapi tetap kita antisipasi, tentu kita harap terus menurun," pungkas Tugas.

INFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONAINFOGRAFIS AGAR TAK TERTULAR VIRUS CORONA. (Foto: CNN Indonesia/Fajrian)

Kendati begitu dalam kesempatan berbeda, ahli epidemiologi Masdalina Pane mengingatkan penurunan kasus Covid-19 bukan satu-satunya tolok ukur untuk menilai keberhasilan kebijakan penanganan pandemi. Pasalnya kata dia, jumlah tes juga jadi hal yang perlu dipertimbangkan dan jadi perhatian.

"Jika testing turun, tentu angka positif akan turun, jadi bagaimana mau menilainya, kalau penanganan di hulu masih belum maksimal. Ibaratnya, kalau yang dites gak ada, ya nggak ada yang positif. Jadi menurut saya kasus naik apa tidaknya, dipengaruhi testingnya," ungkap Masdalina yang juga merupakan Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (9/11).

Masdalina lebih lanjut menekankan pentingnya memikirkan tak hanya strategi penanganan di hilir yakni di rumah sakit, melainkan juga di hulu--berupa pengetesan hingga pelacakan suspek Covid-19.

(mln/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER