Informasi yang salah soal pandemi Covid-19 atau disebut infodemik masih menjadi kendala dalam penanganan Covid-19. Tenaga kesehatan pun bisa menjadi korban atas informasi semacam ini.
Dokter Konsultan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Andi Khomeini Takdir Haruni mengatakan infodemik ini merupakan satu dari tiga tantangan terberat penanganan Covid-19.
Kunjungannya ke berbagai daerah di Jawa dan Sulawesi menemukan bahwa masyarakat seringkali melakukan penafsiran sendiri atas pandemi Covid-19 ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menemukan banyak sekali penafsiran di masyarakat mengenai Covid-19 ini. Mereka harus dijelaskan secara baik-baik dan sabar ketika di rumah sakit," ucap Andi dalam talkshow 'Kesiapan Penanganan Pasien di RSDC' secara virtual yang digelar oleh Media Center #SatgasCovid19, Senin (16/11).
Tantangan kedua adalah masih ada pejabat pemerintah di daerah yang mengeluarkan kebijakan informasi salah soal Covid-19 ini. Bahkan pejabat pemerintah ini tergolong dekat dengan masyarakat.
Tantangan ketiga adalah keterbatasan tenaga kesehatan sendiri untuk memahami Covid-19 ini. "Di sebagian teman-teman kita itu juga masih menjadi pekerjaan rumah untuk membuat mereka bisa tetap profesional memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien," lanjutnya.
Tiga hal ini, menurut dia, harus ditangani bersama-sama dalam waktu dekat demi mengoptimalkan upaya pencegahan penularan.
Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Moh. Adib Khumaidi, mengungkap butuh langkah bersama untuk menekan laju penularan Covid-19.
Ia menyebutkan banyak dokter yang sudah meninggal karena infodemik ini. Butuh peningkatan koordinasi antara Satgas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan untuk melindungi dokter ini.
"Keterkaitannya adalah satu gambaran, kita tidak bisa selesaikan dari satu sudut pandang satu pihak saja. Ini adalah kerja bersama, ini adalah perang semesta," ucapnya.
(ayo/fef)