Baliho bergambar wajah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan calon wali kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin, beredar di sejumlah titik Kota Pahlawan. Baliho itu bertuliskan 'MA paling mampu lanjutkan Risma #JanganAduDombaKita'.
Baliho itu terlihat kontras, sebab selama ini figur Risma selalu terpampang di baliho yang mengampanyekan calon wali kota dan calon wakil wali kota yang diusung PDI Perjuangan, Eri Cahyadi-Armudji.
Saat dikonfirmasi kepada putra Risma, Fuad Benardi mengatakan sang ibu tak mengizinkan dan tak berkenan fotonya dipasang di baliho yang mengampanyekan Machfud Arifin tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ibu [Risma] tidak berkenan foto dan namanya dipasang di baliho yang mengampanyekan kandidat selain Mas Eri Cahyadi dan Cak Armudji," kata Fuad, Selasa (1/12)
Pencatutan foto Risma dalam baliho itu, kata Fuad, merupakan informasi yang palsu. Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu tak akan mendukung calon lain selain pasangan yang diusung partainya, di Pilkada Surabaya.
"Pemasangan foto itu jelas informasi palsu yang mem-framing seolah-olah Bu Risma mendukung Pak Machfud Arifin, padahal jelas-jelas Ibu Risma adalah pengurus DPP PDI Perjuangan yang mendukung penuh pasangan Eri dan Armudji," kata Fuad.
Fuad pun meminta tim pendukung kandidat yang memasang foto Risma tanpa izin itu bersikap sportif. Menurutnya politik tidak bisa seenaknya, tapi harus menjunjung tinggi etika.
"Seharusnya sportif dong, jangan asal pasang foto Bu Risma tanpa meminta izin. Politik itu bukan menghalalkan segala cara untuk mencapai kekuasaan," ucapnya.
Ia pun heran mengapa kubu Machfud secara sepihak mencatut Risma dalam balihonya. Padahal, selama ini, menurut Fuad, mantan Kapolda Jatim itu seringkali mengkritik kinerja Risma dalam memimpin Kota Surabaya.
"Sejak awal, kandidat tersebut selalu menjelek-jelekkan Bu Risma dan pembangunan Kota Surabaya," kata dia.
Ia menduga, pencatutan Risma dilakukan kubu Machfud usai video 'hancurkan Risma' mendapat kecaman oleh publik Surabaya. Seperti sejumlah orang dalam video itu tampak mengenakan atribut kaus warna-warni bergambar calon wali kota dan wali wali kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno. Mereka juga mengacungkan dua jarinya.
Dalam video itu terlihat juga Mat Mochtar, kader senior PDIP yang telah dipecat karena dinilai tidak patuh terhadap keputusan Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri. Mat Mochtar menolak mendukung Eri Cahyadi-Armuji.
Terlihat pula sejumlah orang mengenakan kaus warna hitam dengan gambar kepala banteng merah. Mereka adalah relawan Banteng Ketaton, beranggotakan kader PDIP lawas yang juga tak mau tunduk pada keputusan partainya untuk Pilwalkot Surabaya.
"Setelah melihat hal itu sebagai blunder, karena faktanya Bu Risma dicintai rakyat, maka mereka mencoba mengalihkan isu dengan seolah-olah menautkan Bu Risma dengan mereka, dengan jalan memasang foto [Risma] di baliho dan materi kampanye," ujar Fuad.
Sementara itu, Direktur Komunikasi dan Media Tim Pemenangan Machfud-Mujiaman, Imam Syafii, mengaku tak tahu menahu soal baliho tersebut. Ia menegaskan bahwa pihaknya tak pernah menyebar materi kampanye itu secara resmi.
"Itu tanpa sepengetahuan kami. Kami menduga itu dilakukan relawan/masyarakat yang tidak ingin Bu Risma diserang. Sekaligus masyarakat itu ingin mendukung Pak Machfud. Itu bukan bikinan tim kami, bukan dari tim sukses," kata Imam, saat dikonfirmasi.
Meski begitu, Imam mengaku setuju dengan isi baliho tersebut. Ia mengatakan Risma dan Machfud tak sebaiknya diadu domba, demi kondisi Surabaya yang kondusif jelang Pilkada 9 Desember nanti.
"Saya setuju dengan isi di situ, yang ada kalimat jangan adu domba. Yang kontestasi kan bukan Pak Machfud dan Bu risma. Bu Risma hampir selesai dan Pak Machfud ingin meneruskan. Tidak ada persoalan antara Pak Machfud dan Bu Risma." ucapnya.
(frd/pmg)