Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab kembali melontarkan gagasan bernada kontroversial di tengah-tengah masyarakat. Kali ini ia mengajak masyarakat untuk 'hijrah' ke sistem negara berbasis tauhid.
Gagasan itu merupakan bagian dalam konsepsi besar Revolusi Akhlak yang ia gaungkan setibanya di tanah air dari Arab Saudi beberapa waktu lalu.
Menurutnya, sistem negara yang berbasis tauhid sesuai dengan kandungan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Tauhid merupakan dasar agama Islam yang menyatakan keesaan Allah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka itu, revolusi akhlak di level sistem bagaimana kita menggandeng, kita hijrah ke sistem berbasis tauhid, berbasis sila pertama Pancasila," kata Rizieq dalam Dialog Nasional Reuni Akbar 212, Rabu (2/12).
Rizieq menilai perubahan sistem negara menjadi tauhid sesungguhnya sudah sesuai dengan Pancasila. Sila pertama Pancasila yang menjunjung ketuhanan esa memiliki semangat akhlak yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sama halnya dengan sila kedua, sila ketiga dan keempat. Ia mengatakan kemanusiaan yang adil dan beradab juga berlaku untuk seluruh jemaah dan santri. Dia menyebut Pancasila sebagai warisan ulama
"Tidak salah kita gaungkan bahwa Pancasila warisan ulama. Makanya jangan dibentur-benturkan Pancasila dengan ajaran Islam. Bahkan Pancasila menjadi konsensus nasional antara para pendiri bangsa Indonesia dari semua pendiri agama," kata Rizieq.
Merespon hal itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian menilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah cukup.
Menurutnya, gagasan Rizieq soal hijrah ke sistem negara berbasis tauhid masih konsep yang sumir. Sebab, sudah ada Pancasila sebagai dasar negara di negeri yang Berbhinneka Tunggal Ika ini.
"Tidak perlu sistem berbasis tauhid, Pancasila sudah cukup. Jangan improvisasi politik," kata Donny.
Sekentara itu, Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Andalas Feri Amsari menilai pernyataan Rizieq senada dengan pendapat salah satu kelompok pendiri bangsa saat merumuskan dasar negara.
Namun, saat itu kelompok lainnya juga menyatakan pendapat berbeda sehingga sebagai kompromi lahirlah Pancasila.
Menurutnya, sila pertama pada Pancasila saling keterkaitan dan tak bisa dipisahkan dengan sila-sila lainnya.
"Dia tidak berdiri sendiri, tapi saling mengayomi satu sama lain. Pendapat Rizieq tidak salah, tapi tidak sepenuhnya pula tepat. Rizieq hanya melihat satu warna dan 'buta' terhadap warna-warna lainnya. Dulu para ulama besar pendiri negara ini menerima Pancasila akhirnya, perdebatan selesai," kata Feri.
Melihat hak itu, Feri menegaskan tak perlu lagi memperdebatkan Pancasila sebagai dasar negara. Sebab, Pancasila terbukti bisa mengharmonisasikan kehidupan penganut berbagai agama.
"Tidak hanya itu, Pancasila juga menyatukan berbagai suku dan perbedaan lain dalam bingkai negara kesatuan," kata dia.
(rzr/bmw)