Calon Wali Kota Surabaya nomor urut 1, Eri Cahyadi mengaku akan menggandeng kelompok pesantren untuk mengatasi persoalan dan menangkal gerakan radikalisme. Sementara calon wali kota nomor urut 2, Machfud Arifin mengungkit keberhasilan Polri.
Hal itu diungkapkan Eri maupun Machfud dalam debat publik ketiga Pilkada Surabaya, di Dyandra Convention Center, Sabtu (5/12) malam.
"Kita akan melakukan kerja sama dengan pesantren, ormas keagamaan moderat, dewan masjid, asosiasi tokoh agama atau mubalig serta para unsur pendidik mulai dari SD sampai perguruan tinggi," kata Eri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Kepala Bappeko Surabaya itu juga akan menyisir rumah-rumah ibadah, perkantoran, dan aktivitas kelompok untuk memastikan bahwa tempat itu terbebas dari gerakan radikalisme.
"Kami juga harus membersihkan rumah ibadah, kantor-kantor pemerintahan dan aktivitas kelompok-kelompok dari kelompok radikal," ujarnya.
Eri juga akan membuat suatu wadah atau forum yang berisi tokoh agama, tokoh masyarakat, serta pemuda keagamaan untuk bersama-sama memerangi gerakan radikalisme di Kota Surabaya, Jawa Timur.
"Kami pastikan tidak ada lagi mayoritas dan minoritas di Surabaya, kita harus menjaga betul saudara-saudara kita, bagaimana mereka merasa nyaman, tentram di Kota Surabaya, jangan sampai kejadian Bom terulang lagi di Surabaya," katanya.
![]() Calon wali kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin (CNNIndonesia/Farid) |
Sementara itu, Machfud Arifin mengklaim dirinya berpengalaman dalam mengatasi persoalan radikalisme. Ia memiliki latar belakang sebagai mantan perwira tinggi Polri.
"Saya berlatar belakang dari kepolisian, jadi ini sangat berpengalaman," kata mantan Kapolda Jatim tersebut.
Machfud berjanji akan melakukan pembinaan kepada warga yang terpapar radikalisme agar tak sampai pada tingkatan terorisme. Caranya yakni dengan melakukan pendampingan deradikalisasi seperti halnya yang dilakukan Polri.
"Kita lihat kasus Bom Bali, banyak [pelaku] warga dari daerah Lamongan, sekarang sudah sangat berubah. Banyak yang dibina berhasil oleh Densus 88, oleh Mabes Polri dengan baik, dibangunkan masjid, diberikan pelatihan sehingga dia dapat bekerja dengan normal," ujarnya.
Menurutnya, pembinaan anak-anak mulai dari usia dini sampai ke jenjang yang lebih tinggi terhadap toleransi antar agama, kelompok, suku, dan golongan menjadi satu hal yang penting dikerjakan.
"Perbedaan bukan jadi suatu permasalahan tapi kekuatan," katanya.
(frd/fra)