Tiga keluarga diusir oleh pemilik kontrakan karena perbedaan pilihan politik dalam pilkada di daerah Kota Solok. Ketua RT setempat menyayangkan terjadinya peristiwa itu.
Fitri (25), salah satu anggota keluarga yang diusir, menjelaskan bahwa pihaknya didatangi oleh pemilik kontrakan pada Kamis (3/12) dan diminta meninggalkan tempat itu dalam waktu dua hari. Fitri mengatakan bahwa pemilik kontrakan ditekan oleh pemilik tanah untuk mengusir tiga keluarga yang mengontrak di rumah tersebut.
"Pemilik tanah berbeda dengan pemilik kontrakan. Pemilik kontrakan menyewa tanah per tahun. Kami menyewa rumah pemilik kontrakan. Sudah dua tahun kami tinggal di sini. Hari ini kami pindah karena hari ini batas waktu terakhir meninggalkan rumah ini," ujar perempuan yang hamil lima bulan itu kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (5/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ia memberikan keterangan ini, keluarganya dan dua keluarga lain sedang mengangkut barang-barang untuk dipindahkan ke tempat lain.
Soal perbedaan pilihan politik, Fitri mengatakan bahwa ketiga keluarga tersebut merupakan pendukung calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solok nomor urut dua, yakni Zul Elfian-Ramadhani. Suami Fitri merupakan salah satu koordinator pasangan calon petahana tersebut.
"Ketiga keluarga ini berbeda pilihan politik dengan pemilik tanah ini dalam Pilkada Kota Solok 2020. Kami tidak tahu pemilik tanah memilih pasangan nomor urut berapa. Yang kami tahu, dia berbeda pilihan dengan kami," tuturnya.
Setelah diminta pindah pada Kamis (3/12), kata Fitri, ia mencari kontrakan lain pada Jumat (4/12). Ia dan dua keluarga lainnya sudah mendapatkan kontrakan, yang dibantu oleh pasangan calon yang mereka dukung.
Ketua RT setempat, Yurizal, mengatakan bahwa ia mengetahui pengusiran itu terjadi karena perbedaan pilihan politik antara pemilik tanah dan pengontrak rumah. Kejadian itu terjadi di 02 RT/RW 03, Kelurahan Simpang Rumbio, Kecamatan Lubuak Sikarah.
Ia menginformasikan bahwa tiga keluarga itu berjumlah delapan anggota keluarga. Mereka tinggal di tiga rumah kontrakan yang berderet-deret.
"Saya menyayangkan terjadinya peristiwa pengusiran ini karena masalah pilkada. Padahal, ini pilkada badunsanak untuk menjalin silaturahmi di tengah masyarakat. Ternyata ada oknum lapangan dalam pilkada ini yang belum berjiwa sportif. Agar hal seperti ini tak terulang, saya mengimbau warga lain untuk tak berkoar-koar menyatakan dukungan kepada salah satu peserta pilkada. Ciptakanlah pilkada damai," katanya.
Pilkada Kota Solok diikuti oleh empat pasang calon, yakni Reinier-Andri Marant (nomor urut 1), Zul Elfian-Ramadhani (nomor urut 2), Ismael Koto- Edi Candra (nomor urut 3), dan Yutris Chan-Adang (nomor urut 4).
(adb/age)