Machfud Tuding Tak Paham IPKM, Eri Janji Tanggung BPJS

CNN Indonesia
Minggu, 06 Des 2020 03:20 WIB
Calon wali kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin menyinggung indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM) Surabaya yang tertinggal dari kota lain.
Calon wali kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin menyinggung indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM) Surabaya yang tertinggal dari kota lain.(ANTARA FOTO/MOCH ASIM).
Jakarta, CNN Indonesia --

Calon wali kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin menyinggung indeks pembangunan kesehatan masyarakat (IPKM) Surabaya yang masih jauh tertinggal dari kota-kota lain di Indonesia.

IPKM Surabaya, kata dia, berada pada urutan 19 di Jawa Timur dan peringkat 108 secara nasional. Surabaya yang merupakan Ibu Kota Provinsi Jatim bahkan tertinggal dari Kota Kediri dan Nganjuk.

Ia pun mempertanyakan hal itu kepada calon wali kota dan wakil wali kota nomor urut 1 Eri Cahyadi-Armuji. Apa kendala yang dialami Pemerintah Kota Surabaya sehingga IPKM Kota Pahlawan tersebut tertinggal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pak Armuji, kami tidak menjelekkan Pemkot Surabaya, namun berdasarkan IPKM masih sangat jauh, pertanyaan saya saudara sebagai bagian pemerintah sebenarnya apa menjadi kendala sehingga IPKM kita tertinggal jauh?" tanya Machfud, dalam sesi Debat Publik ketiga Pilkada Surabaya, Sabtu (5/12).

Menanggapi hal itu, Eri mengatakan bahwa pihaknya berencana akan membangun dua rumah sakit baru di wilayah timur dan selatan Kota Surabaya. Ia juga berjanji akan membuat platform pendaftaran rumah sakit secara daring yang bisa memudahkan warga untuk mendapatkan pelayanan pengobatan.

Mantan Kepala Bappeko itu juga berjanji akan menanggung biaya BPJS Kesehatan bagi masyarakat Surabaya, sehingga seluruh warga kota mendapatkan jaminan kesehatan.

"BPJS universal coverage itu visi kami, seluruh warga Surabaya semuanya, ketika mereka sakit akan ditanggung oleh Pemkot Surabaya seluruh keluarganya," katanya.

Mendengar jawaban itu, calon wakil wali kota nomor urut 2 Mujiaman Sukirno lantas menyebut bahwa Eri dan Armuji tak memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian IPKM.

"Makanya IPKM tertinggal karena bapak-bapak ini yang mengelola perencanaan, tidak paham tentang faktor apa yang paling penting. IPKM banyak dipengaruhi kesehatan balita, ibu dan anak, juga terkait dengan kehidupan seribu hari pertama," ujarnya.

Disebut tak paham, Eri kemudian menyebut bahwa membanding IPKM Surabaya dengan kota lain seperti Kediri dan Nganjuk, adalah hal yang tak tepat.

"Kenapa IPKM [masih rendah] karena kita harus tahu di Surabaya penduduknya jauh lebih banyak daripada kota Kediri, tapi tetap kesehatan bagi kami tetap nomor satu di Surabaya," pungkas dia.

(frd/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER