Banjir bandang yang menerjang Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang, Jumat (4/12) dini hari menyisakan trauma, terutama bagi anak-anak di lokasi pengungsian.
Tempat pengungsian sementara berada di Balai Desa Tanjung Selamat dan Arhanudse Tanjung Selamat. Mereka merupakan korban dari ribuan rumah yang terendam.
"Di lokasi pengungsian ini saja ada sekitar 300 jiwa dengan 164 kepala keluarga," ujar Kabag Psikologi Polda Sumut, AKBP Andi Hendrawan, saat menggelar program trauma healing di lokasi pengungsian, Kamis (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemberian trauma healing digelar di SDN 104186 Tanjung Selamat, tak jauh dari lokasi pengungsian. Anak-anak tertawa diajak berbagai permainan. Mereka juga berjoget sambil bernyanyi seolah melupakan kesedihan akibat musibah banjir.
"Lumayan bisa ketawa, kita keluarkan energi kita untuk bisa tertawa. Kalau kita mau sehat harus sehat fisik dan sehat mental. Kalau kita berpikir tidak sehat, maka kita akan menjadi sakit," ujarnya.
Bencana tentu berpengaruh kepada tingkat psikologi korban," tambahnya.
Sebanyak 7.872 rumah tersebar di 11 kecamatan dan 19 kelurahan di Kota Medan terendam banjir. Banjir besar tersebut terjadi akibat hujan deras dan sungai-sungai meluap pada Jumat (4/12) dini hari. Dalam musibah itu, 8.938 kepala keluarga serta 31.197 jiwa terdampak banjir.
Untuk Kabupaten Deliserdang, banjir juga menimpa Desa Tanjung Selamat dengan jumlah 500 rumah. Selain itu, banjir merendam 400 rumah di Desa Sejarahbaru, Kecamatan Delitua, dengan ketinggian air mencapai 4-6 meter.
(fnr/ain)