Interaksi tinggi berisiko menularkan Covid-19. Perilaku tidak tertib dalam penerapan protokol kesehatan pun memperparah penyebaran penyakit pandemik ini.
Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria sampai sekarang belum menemukan jawaban siapa yang menularkan Covid-19 kepada dirinya pada akhir November lalu. Ia mengaku sempat heran penyakit itu bisa menjangkitinya, padahal protokol kesehatan sudah dilakukan secara ketat.
"Saya yang demikian disiplin saja itu ternyata terpapar. Sampai hari ini saya masih cari-cari nih (siapa yang menulari). Sementara kemungkinan dari staf, tetapi tidak mudah juga [memastikan] apa betul dari staf atau dari mana," ucapnya dalam bincang-bincang 'Nafas Panjang Penanganan Covid-19' yang dilakukan di Media Center #SatgasCovid19 di Graha BNPB, Jakarta pada Jumat (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riza mengaku memiliki interaksi tinggi sebelum menerima hasil tes swab pada Minggu (29/11). Tapi ia memastikan, protokol kesehatan dilakukan dengan ketat, mulai dari staf, ajudan, hingga alat-alat yang ia pakai dalam bertugas.
"Saya kalau pidato, ceramah, ya pakai masker begini. Sejak awal hingga hari ini tidak saya lepas," katanya.
Cerita ini dibagikan Riza dengan maksud agar masyarakat berhati-hati melakukan aktivitas. Seketat apapun protokol kesehatan dilakukan, risiko selalu terbuka. Apalagi jika interaksi dilakukan secara intens.
Protokol kesehatan yang ia maksud adalah #ingatpesanibu untuk #pakaimasker, #cucitangan pakai sabun, dan #jagajarak hindari kerumunan.
"Sedisiplin dan sebaik apapun [penerapan protokol kesehatan] kita, potensi terpapar itu ada," kata Riza.
Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, menyatakan selama ini tingkat kepatuhan protokol kesehatan masyarakat cukup tinggi, namun penularan tetap saja terjadi. Hal ini terbukti dari penambahan angka kasus positif harian.
Satgas sendiri memiliki alat pantau hampir di 6,5 juta titik di seluruh provinsi. Perilaku kepatuhan protokol kesehatan sekitar 17 juta orang terpantau dalam waktu satu minggu.
"Kita harus tahu perilaku masyarakat ini juga fluktuatif dari waktu ke waktu. Dan kalau kita lihat dari zonasi kepatuhan itu juga berubah dari waktu ke waktu maka dari itu kita harus pastikan bahwa kedisiplinan masyarakat itu harus selalu terjaga," jelas Wiku.
(ayo/rea)