PT Bio Farma (persero) melakukan distribusi 763.600 vial atau dosis vaksin asal perusahaan China, Sinovac, dalam tempo tiga hari, 3-5 Januari.
Vaksinasi tahap awal ini bakal ditargetkan kepada 1,3 juta tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Sesuai dengan standar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), setiap penduduk akan dilakukan dua kali penyuntikan atau membutuhkan dua dosis vaksin.
"Vaksin Covid-19 Sinovac dalam bentuk produk jadi, yang tiba di Indonesia pada 7 Desember 2020 sudah mulai didistribusikan dari Bio Farma ke seluruh Provinsi di Indonesia. Total 763.000 vial," kata Juru Bicara Vaksin Covid-19 dari PT Bio Farma Bambang Heriyanto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (6/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang merinci sebanyak 401.240 vaksin telah dikirimkan ke 14 provinsi pada tanggal 3 Januari; 313.000 dosis vaksin dikirimkan pada 4 Januari; 49.360 dosis vaksin dikirimkan ke Jawa Barat dan Sulawesi Barat pada 5 Januari.
Dari ratusan ribu dosis vaksin itu, Jawa Timur tercatat menjadi provinsi penerima terbanyak dengan 77.760 dosis, disusul Jawa Tengah dengan 62.650 dosis, dan Lampung 40.520 dosis vaksin.
Sementara daerah terendah yang menerima vaksin Sinovac ini untuk sementara adalah Kepulauan Riau dengan 1.300 dosis, Gorontalo 4.800 dosis, dan Bangka Belitung 6.280 dosis vaksin.
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat sebagai Corporate Secretary Bio Farma ini juga mengaku proses distribusi vaksin tidak mengalami kendala alias berjalan lancar.
Sebab, logistik seperti cold chain atau rantai pasok dingin terpantau aman dan telah dipersiapkan dengan matang, agar vaksin tidak mengalami kerusakan dalam pengirimannya. Kendati demikian, Bambang belum bisa memastikan kapan distribusi tahap kedua akan dilakukan kembali.
"Yang lain belum ada update lagi. Kita tunggu, sabar ya," imbuhnya.
Adapun vaksin yang didistribusikan itu merupakan vaksin Sinovac yang telah didatangkan dalam dua kali pengiriman, pertama pada 6 Desember 2020 lalu sebanyak 1,2 juta dosis, dan pada 31 Desember 2020 sebanyak 1,8 juta dosis.
Dalam hal ini, distribusi vaksin telah dilakukan meski izin darurat atau emergency use authorization (EUA) dari BPOM belum keluar belum keluar. Pemerintah menyebut, upaya itu dilakukan guna mengantisipasi terlambatnya kedatangan vaksin di setiap lini daerah.
(khr/arh)