Epidemiolog: PSBB Jawa-Bali Tanpa Testing Optimal Tak Efektif

CNN Indonesia
Rabu, 06 Jan 2021 15:28 WIB
Epidemiolog menilai Indonesia hanya akan berada dalam jebakan PSBB jika tidak ada langkah konkret menangani Covid-19 melalui testing, tracing, dan isolasi.
Penumpang KRL Commuter Line berada di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Sabtu, 19 September 2020. (CNN Indonesia/Bisma Septalismaa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB Jawa-Bali hanya akan sia-sia dalam upaya menekan penyebaran Covid-19.

PSBB Jawa-Bali rencananya akan diterapkan per 11-25 Januari 2021.

Menurutnya, Indonesia hanya akan berada dalam jebakan PSBB jika tidak ada langkah konkret menangani Covid-19. Langkah itu berkaitan dengan testing, tracing, dan isolasi besar-besaran untuk mencegah penularan yang semakin tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"PSBB tanpa testing yang optimal ya bolak-balik enggak akan efektif. Ini yang harus jadi pelajaran, malah jadi jebakan PSBB," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (6/1).

Dia mengatakan strategi pengendalian pandemi yang perlu dilakukan pertama adalah mendeteksi kasus di berbagai daerah. Salah satunya dengan tracing, screening, dan isolasi yang diperbanyak dan merata di seluruh daerah.

Sementara PSBB, mestinya menjadi kebijakan pendukung yang dilakukan pemerintah setelah semua proses tracing dilakukan secara merata.

"Tahapan-tahapan ini harus dilakukan dan setara tiap daerah. Tidak hanya satu dua daerah saja karena kalau tidak setara virus akan leluasa," kata Dicky.

"Baru dilakukan strategi tambahan dalam bentuk PSBB untuk menyempitkan jeda virus menyebar. Diperkuat dengan PSBB itu," kata dia.
PSBB pun, kata Dicky, mesti dilakukan serempak, kapan dimulai dan berakhir.

Insert Artikel - Waspada Virus CoronaInsert Artikel Waspada Virus Corona. (CNN Indonesia/Fajrian)

Dia mengingatkan agar satu daerah dengan daerah lainnya tidak memulai dan mengakhiri PSBB secara berbeda karena hasilnya tak akan pernah efektif.

"Jadi sekali lagi harus dipastikan bahwa pelaksanaan pengetatan atau pembatasan berbentuk PSBB ini kita harus belajar dari PSBB sebelum-sebelumnya yang secara keseluruhan akhirnya tidak efektif, kan," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Dicky juga mengingatkan soal belum pastinya efektivitas vaksin yang rencananya mulai disuntikkan di Indonesia pada pertengahan Januari 2021. Sebab, menurutnya, belum ada data pasti vaksin manapun terkait seberapa efektif dalam pengendalian Covid-19.

"Kita enggak bisa terninabobokan dengan vaksin. Ini belum menjawab situasi saat ini," kata dia.

Presiden Joko Widodo telah meminta Satgas Penanganan Covid-19 menggiatkan sosialisasi terkait protokol kesehatan Covid-19 kepada masyarakat. Jokowi mengatakan survei menunjukkan tingkat kepatuhan masyarakat untuk memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) menurun belakangan ini.

Kendati begitu, Jokowi tak menyoroti aktivitas surveillance yang harus dilakukan pemerintah, yakni testing, tracing, dan treatment (3T).

"Saya minta kerja keras, mati-matian untuk mengurangi dan menghentikan sebaran Covid-19 ini. Survei terakhir yang kita lakukan, yang berkaitan dengan 3M kita memang di masyarakat menurun," kata Jokowi dalam siaran langsung yang disiarkan melalui akun Instagram @sekretariat.kabinet, Rabu (6/1).

(tst/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER