Anggota Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam mengaku heran mendengar kenyataan bahwa tidak ada buoy pendeteksi dini tsunami yang terpasang di lautan Indonesia saat ini.
Padahal, berkaca tsunami Banten pada 2019 silam, Ridwan mengatakan DPR telah menambah anggaran Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 2020 sebanyak Rp 1 triliun untuk pengadaan alat pendeteksi dini ancaman tsunami tersebut.
"Kenaikan anggaran BPPT pada 2020 itu Rp1 triliun lebih itu karena untuk pasang buoy itu. Ya kami pertanyakan, kenapa ini belum [terpasang]," kata Ridwan kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyatakan buoy tsunami seharusnya sudah terpasang di lautan Indonesia karena waktu penggunaan APBN 2020 sudah habis saat ini.
Oleh karena itu, sambungnya, Komisi VII akan segera memanggil BPPT untuk melakukan evaluasi anggaran dan mempertanyakan alasan alokasi anggaran pengadaan buoy tersebut belum direalisasikan hingga saat ini.
"Kita lihat, kita evaluasi anggaran 2020, kita nanti undang dia [BPPT] untuk evaluasi anggaran 2020. Kita lihat nanti di situ bagaimana realisasi anggaran itu, apa hambatannya, apa waktu mengajukan ke Kementerian Keuangan enggak dikasih atau bagaimana atau terlambat realisasinya," tutur politikus Partai Golkar itu.
Perihal keberadaan buoy sebagai alat pendeteksi dini ancaman tsunami itu mengemuka setelah rentetan gempa besar--di atas magnitudo 5,0-- yang mengguncang wilayah Sulawesi Barat pekan lalu. Atas rentetan gempa itu BMKG melansir tak ada potensi tsunami, namun meminta warga bersiaga akan ancaman gelombang pasang tiba-tiba sejauh ini.
![]() |
Sebelumnya, kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (5/1), Direktur Pusat Teknologi Reduksi Risiko BPPT Muhammad Ilyas mengatakan, "Saat ini belum ada yang berfungsi lagi. Operasi sejak akhir tahun 2019."
Ilyas membeberkan BPPT sempat memasang lima unit buoy di sejumlah perairan Indonesia. Dia merinci satu buoy di selatan Bali, satu buoy di selatan Malang, satu buoy di Cilacap. Sedangkan dua buoy dipasang di Selat Sunda dan sekitar Gunung Anak Krakatau.
Sebanyak dua buoy yang ada di Selat Sunda dan Gunung Anak Krakatau, lanjut dia, dinyatakan rusak setelah enam bulan bekerja. Kini dua buoy itu sedang dalam perbaikan untuk dipasang kembali di lokasi yang sama tahun ini.
"Setelah itu, kami ke lokasi untuk memeriksa di Samudera Hindia, ternyata dua buoy di Selatan Bali dan Selatan Jawa sudah hilang," ujarnya.
Terkait dengan kondisi itu, Ilyas mengklaim BPPT akan kembali melakukan pemasangan buoy di sejumlah titik di Indonesia tahun ini. Dari 11 unit yang dibuat pada 2020, tujuh unit akan dipasang di selatan Jawa dan barat Sumatera yang merupakan zona megathrust.
"2021 akan mulai dan tersebar di beberapa lokasi," ujar Ilyas.