Pengembang Klaim Vaksin Nusantara Terawan Tanpa Efek Samping

CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2021 19:18 WIB
Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tahap kedua di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, 27 Januari 2021. (Foto: Muchlis - Biro Setpres)
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) selaku perusahaan farmasi yang bekerja sama dalam pengembangan vaksin nusantara, mengklaim vaksin Covid-19 yang digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tanpa efek samping.

Vaksin nusantara juga didesain mampu menyasar seluruh golongan baik dari segi usia hingga warga yang memiliki penyakit penyerta alias komorbid.

"Vaksin sel dendritik ini telah teruji efektif dalam keamanannya sekaligus mengeliminir efek sampingnya, serta dijamin kehalalannya. Vaksin ini menurut uji klinis memiliki kelebihan dan keunggulan dibanding vaksin impor yang saat ini masuk ke Indonesia," kata Humas Rama Pharma Raditya Mohammer Khadaffi melalui keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Jumat (19/2).

Raditya pun menjelaskan pengembangan vaksin ini dimulai dengan transfer teknologi mutakhir sel dendritik dari AIVITA Biomedical Inc yang bermarkas di Amerika Serikat kepada Rama Pharma. Dalam pelaksanannya, vaksin nusantara juga digarap bersama para peneliti Universitas Diponegoro (Undip), dan RSUP dr. Kariadi Semarang.

Raditya membeberkan cara kerja vaksin itu akan mencari sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih, yang kemudian dipaparkan dengan antigen dari Sars-Cov-2.

Nantinya, setiap orang akan diambil sampel darahnya untuk kemudian dipaparkan dengan kit vaksin yang dibentuk dari sel dendritik. Kemudian sel yang telah mengenal antigen akan diinkubasi selama 3-7 hari. Hasilnya akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali.

Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap Sars Cov-2.

"Maka dengan teknologi sel dendritik akan mampu melawan berbagai strain virus Sars Cov-2, meskipun saat ini virus tersebut telah berevolusi menjadi lebih dari 15 strain di seluruh dunia," jelasnya.

Untuk saat ini, Radia mengatakan pihaknya telah rampung melakukan uji klinis fase I terhadap 30 relawan dan bersiap menuju uji klinis fase II bila mendapat lampu hijau dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurutnya, Komisi IX DPR RI juga antusias dan mendukung pengembangan vaksin nusantara.

Raditya menargetkan dalam uji klinis tahap II akan dibutuhkan 180 relawan. Kemudian uji klinis tahap III dibutuhkan 1.600 relawan, dan apabila vaksin buatan anak bangsa ini dapat diekspor, maka membutuhkan relawan hingga 30 ribu orang.

Selain itu, ia juga mengklaim bahwa pengembangan vaksin ini sepenuhnya memanfaatkan komponen bahan dari dalam negeri. Sehingga ia meminta dukungan agar pengembangan vaksin dapat berjalan lancar sehingga mampu membantu salah satu upaya pengentasan pandemi dari Indonesia.

"Proses pengembangan vaksin ini sepenuhnya memanfaatkan sumber daya asli Indonesia. Dari sel darah Indonesia, dengan ahli peneliti dari Indonesia, dan dikomando oleh Bapak dr Terawan Agus Putranto," ujarnya.

(khr/pmg)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK