Sejarawan Asvi Warman Adam dalam bukunya Membongkar Manipulasi Sejarah mengatakan bahwa siapa yang mengetik surat perintah itu masih menjadi kontroversi.
Mengutip Majalah Historia, Staf Asisten I intelijen Resimen Tjakrabirawa Ali Ebram mengaku dirinya yang mengetik surat tersebut.
Sehari setelah penandatangan surat itu, Soeharto langsung membubarkan PKI menggunakan Surat Keputusan Presiden Nomor 113 tahun 1966. Saat membacakan surat, Soeharto menyebut telah ditandatangani Bung Karno.
Enam hari berikutnya, 15 menteri Bung Karno ditangkap dengan tuduhan terlibat dalam peristiwa G30S. Termasuk Soebandrio dan Chaerul Saleh.
Tidak hanya itu, pasca pembubaran PKI, pembantaian terhadap anggota PKI dan keluarganya, simpatisan, hingga orang yang tidak berkaitan dengan PKI terjadi di mana-mana.
Jumlah persis korban pembantaian ini tidak diketahui secara pasti. Ada versi yang menyebutkan korban mencapai 800.000 jiwa, 1.000.000. Jumlah tertinggi merujuk pada pernyataan Sarwo Edhi Wibowo yang menyebutkan 3.000.000 orang.
Mengenai pembantaian ini, sejarawan Andi Achdian mengatakan terdapat temuan baru. Ia mengatakan, Jess Melvin salah seorang peneliti dari University of Sydney mendapatkan dokumen milik Badan Intelijen Negara (BIN) yang mengungkapkan bahwa tentara terlibat dalam pembantaian massal itu.
Dokumen yang ditemukan Jess Melvin di Banda Aceh itu mengungkap Tentara Angkatan Darat terlibat dalam penghancuran PKI hingga basisnya di akar rumput.
"Dokumen-dokumen yang digunakan sangat sepesifik sebenarnya dalam menggambarkan angkatan darat dalam operasi penghancuran PKI sampai ke akar-akarnya," kata Andi.