Rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadikan Jakarta sebagai kota ramah sepeda bukan perkara mudah. Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menilai banyak hal yang perlu Anies perhatikan sebelum menjadikan Jakarta ramah bagi pesepeda.
Menurut Yayat, hal pertama untuk menjadikan Jakarta kota ramah pesepeda yakni Anies harus melihat sejauh mana sepeda menjadi salah satu moda transportasi yang merakyat. Sebab, menurut dia, selama ini tren sepeda di Jakarta baru sebatas untuk berolahraga dan rekreasi.
"Belum menggunakan sepeda sebagai alat untuk pergi belanja, ke kantor atau bekerja," kata Yayat saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (25/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yayat menilai sejauh ini pembangunan jalur sepeda di Jakarta baru memfasilitasi mereka yang bersepeda untuk olahraga. Ia juga melihat penggunaan jalur sepeda pun baru ramai di akhir pekan.
Hal tersebut berbeda jika dibandingkan dengan kondisi di negara-negara lain, khususnya Eropa yang telah menjadikan sepeda sebagai salah satu sarana transportasi. Menurut Yayat, di luar negeri orang sudah berpikir bahwa sepeda itu lebih efisien dan lebih mudah.
"Karena jarak tempuh dari rumah ke tempat kerja atau stasiun tidak terlalu jauh. Jadi banyak penggunanya," ujarnya.
Sementara di Jakarta, sepeda belum menjadi pilihan transportasi warga untuk pergi ke kantor. Penyebabnya, jarak dari rumah menuju kantor relatif jauh.
"Kita tuh banyak di pinggiran atau jauh dari pusat kantor. Karena rata-rata jalur sepeda yang ada pun baru di jalan-utama, ring 1, Thamrin-Sudirman, belum sampai jalan-jalan lokalnya atau jalan lain," jelas Yayat.
Menurut dia, untuk mewujudkan itu, salah satu yang perlu Pemprov DKI lakukan adalah mendorong orang bisa ke kantor menggunakan sepeda dan lokasi rumahnya tidak terlalu jauh. Untuk mendukung program itu, ia menyarankan Pemprov DKI membangun rumah susun sewa (rusunawa) bagi pekerja di tengah kota untuk para pekerja.
![]() |
Bila perlu, rusunawa khusus pekerja itu terintegrasi dengan halte TransJakarta, MRT, maupun LRT. Dengan cara seperti itu, ia meyakini mimpi Anies menjadikan Jakarta sebagai kota ramah sepeda dapat terwujud.
"Sepeda bisa membumi jika rumah masyarakat itu tidak terlalu jauh dari tempat kerja, stasiun. Itu cara untuk mengefektifkan jalur sepeda yang dibangun," kata Yayat.
"Itu betul-betul bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang setiap hari menggunakan sepeda, bukan pada hari tertentu," ujarnya menambahkan.
Selain itu, menurut Yayat, untuk bisa merealisasikan Jakarta sebagai kota ramah pesepeda, Anies bisa melakukannya dengan unsur 'paksaan'. Menurut Yayat, unsur paksaan itu bisa dilakukan dengan mewajibkan para PNS atau ASN di lingkungan Pemprov DKI Jakarta untuk menggunakan sepeda pada hari-hari tertentu.
"Misalnya pada hari Jumat. Jadi pada hari Jumat wajib naik sepeda kan menarik. Jadi, sepedanya pun tidak perlu yang mahal-mahal. Kalau perlu nanti DKI enggak perlu beli mobil dinas, sepeda dinas aja," ujarnya.
Menurut dia, jika pejabat-pejabat DKI menggunakan sepeda untuk berangkat ke kantor, bukan tidak mungkin para bawahannya akan mengikuti hal tersebut.
Tidak hanya itu, menurut Yayat, jika bersepeda ke kantor rutin diterapkan di lingkungan Pemprov DKI, bisa saja ke depan hal itu akan menjadi sebuah kebiasaan baru yang tak perlu dipaksakan lagi.
"Kalau Pak Gubernur mau naik sepeda ke kantor, anak buahnya juga pasti naik sepeda. Kan menarik itu. kebiasaan baru, budaya baru orang naik sepeda ke kantor," kata Yayat.
Senada, pengamat Tata Kota lainnya, Nirwono Yoga mengatakan bahwa setidaknya ada empat syarat yang perlu dilakukan Anies demi memenuhi rencana menjadikan Jakarta ramah sepeda.