Sementara itu, di tengah kebijakan larangan mudik, masih banyak para pemudik yang tiba ke kampung halaman mereka di DIY. Utamanya, mereka sudah masuk wilayah provinsi kesultanan itu sebelum aturan larangan mudik berlaku, 6-17 Mei 2021.
Di Kota Yogyakarta, Posko PPKM Mikro yang ada di RT/RW atau kampung mencatat 225 pemudik masuk ke wilayah tersebut sejak 22 April hingga 9 Mei, rata-rata adalah anggota keluarga.
"Pendatang atau pemudik yang masuk biasanya adalah anggota inti keluarga yang ada di Kota Yogakarta. Mereka pun kemudian diminta menjalani isolasi mandiri," kata Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi, Senin seperti dilansir dari Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, peningkatan jumlah pendatang atau pemudik justru terjadi pada 22 April dengan 92 orang. Kemudian dan kemudian mengalami penurunan, bahkan pada 8 Mei tidak ada laporan pemudik yang masuk ke Kota Yogyakarta.
"Sempat terjadi kenaikan laporan pemudik yang masuk yaitu pada 6 Mei, yaitu sekitar 40 orang, namun grafik kedatangan kembali turun," katanya.
Pemudik yang datang ke Kota Yogyakarta tidak hanya berasal dari wilayah di sekitar DIY saja tetapi berasal dari berbagai kota di Jawa maupun di Indonesia.
Pemudik yang datang tersebut kemudian diminta menjalani isolasi mendiri selama lima hari jika dalam kondisi sehat. Ada yang menjalani isolasi mandiri di rumah atau di hotel, sesuai masukan dari Posko PPKM Mikro yang ada di wilayah.
"Hingga saat ini pun, seluruh pemudik yang datang dinyatakan dalam kondisi sehat. Tidak ada kasus terkonfirmasi positif yang muncul," katanya.
Pemantauan atau pendataan terhadap pemudik tersebut dilakukan secara daring yaitu melalui aplikasi corona.jogjakota.go.id. Pemantauan akan dilakukan selama larangan mudik diberlakukan yaitu dari 22 April hingga 24 Mei.
Dengan melaporkan kedatangan, maka kondisi kesehatan pemudik akan terpantau oleh puskesmas setempat dan warga di sekitar tidak khawatir dengan status kesehatan pemudik.
Kemudian di Kabupaten Gunung Kidul yang tercatat berdasarkan Sistem Informasi Desa (SID) telah tiba 562 pemudik. Rinciannya: pemudik lokal DIY sebanyak 467 orang. Sedangkan sisanya yang pulang dari Jakarta sebanyak 38 orang, Jawa Barat ada 33 orang, Jawa Tengah 12 orang dan Jawa Timur terdapat sembilan pemudik, serta luar Pulau Jawa ada enam orang.
"Pemudik yang tercatat ini merupakan akumulasi dari data dari SID di setiap desa. Adapun teknis pendataan, di setiap desa menyiapkan petugas untuk mendata kemudian memasukkan dalam aplikasi tersebut," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gunung Kidul, Kelik Yuniantoro, Minggu.
Dia mengatakan jumlah pemudik yang pulang merupakan hasil rekapan dalam SID. Sehingga jumlahnya bisa berubah setiap harinya. Data tersebut masih berpotensi terus berkembang setiap harinya. Meski pemudik yang lolos penyekatan terus bertambah, Kelik mengklaim jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pemudik di tahun lalu. Sebagai gambaran, jelang lebaran 2020, jumlah penambahan pemudik mencapai ratusan orang setiap harinya. Namun, untuk tahun ini pertambahan kurang dari 100 orang per hari.
Kondisi ini terjadi karena efektiftas dari penyekatan yang dilakukan secara ketat dan lebih intens. Selain itu, sosialisasi agar untuk tidak mudik saat lebaran juga dinilai berhasil.
"Imbauan untuk tidak mudik dan program penyekatan dilakukan lebih masif di tahun ini. Hal ini terbukti dari jumlah pemudik yang tiba di Gunung Kidul tidak sebanyak tahun lalu," katanya.