Terik matahari menyelimuti sekitar Pos Penyekatan Larangan Mudik di Tanjungpura, Karawang, Jawa Barat pada Minggu (10/5) siang. Terlihat tugas pengamanan untuk penyekatan arus mudik tetap berjalan dan dilakukan puluhan personel gabungan dari beragam institusi.
Di jalan arteri tersebut, ribuan motor disekat setiap harinya.
Siang itu, saat CNNIndonesia.com di lokasi, sekitar pukul 14.15 WIB terlihat datang dua motor beriringan mengarah ke pos penyekatan. Terlihat tak banyak barang yang dibawa pengemudi ini, hanya ada satu tas jinjing dan selempang dalam satu motor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petugas pun tetap memberhentikan para pengendara itu untuk mengecek keperluan melintas. Sempat berhenti sebentar, namun pengendara sedikit melihat celah dari penyekatan.
Walhasil, dia mencoba menerobos satu orang petugas Satpol PP yang berjaga di depannya. Tapi, aksi coba terobos itu digagalkan, sekitar tiga petugas gabungan lain pun menyergap pengemudi motor itu.
"Surat kesehatannya mana, disuruh berhenti malah enggak bisa diatur," ucap salah seorang petugas kepada pengendara motor tersebut.
Raut kesal nampak di wajah para petugas yang berjaga.
Pengemudi langsung dibawa ke tenda pengamanan untuk diperiksa lebih lanjut. Ternyata, mereka hendak melintas ke wilayah Jawa.
"Surat-suratnya enggak ada kan ya. surat jalannya ada enggak?" tanya salah seorang petugas, Suryono kepada pengendara itu.
"Enggak ada pak," jawab pengemudi motor.
"Kan sudah tahu kan di TV kan, tidak boleh mudik," timpal Iptu Hassanudin, perwira polisi yang turut memberhentikan laju motor itu.
![]() |
Akhirnya, pengendara motor tersebut pun harus mengikuti tes kesehatan swab antigen yang diadakan secara acak (random) oleh petugas.
Hassanudin mengatakan, dirinya hanya menjalankan kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat untuk mudik Lebaran 2021 selama masa pandemi Covid-19. Suka tak suka, setuju ataupun tak setuju, petugas lapangan harus patuh dan melaksanakannya.
Menurutnya, kejadian seperti tersebut sudah banyak ditemukan dalam beberapa hari terakhir. Dimana, pengemudi motor mencari-cari celah dan berusaha meloloskan diri dari penyekatan. Padahal, hal tersebut justru malah membahayakan petugas di lapangan.
"Kalau namanya orang mau menerobos, pasti ada aja ya. Tapi kami penjagaan ketat, dengan profesional," cerita dia saat ditemui CNNIndonesia.com.
"Makanya kami harus profesional, tetap sabar. Kami benar-benar dapat melayani mereka," tambahnya.
Lihat juga:FOTO: Jebolnya Benteng Penyekatan Mudik |
Bukan hanya pemotor bandel yang menjadi tantangan. Di cuaca panas menahan dahaga selama bulan suci Ramadan pun menjadi makanan sehari-hari yang harus dilalui Hassanudin.
Belum lagi, kata dia, gontok-gontokan dengan calon pemudik di posko penyekatan juga menjadi suatu tantangan dalam menahan emosi dan bertindak.
"Emosi itu, ya manusiawi ya. Jadi begitulah risiko kami jadi PNS, jadi Polri. Mau enggak mau, suka enggak suka," ucap dia.
Hassanudin menegaskan perintah pimpinan harus menjadi prioritas. Walhasil, penugasan untuk menjaga pos penyekatan yang sehari-hari bukan kewenangannya pun harus diikuti.
Polisi dengan pangkat dua garis emas ini sehari-hari merupakan bagian dari Intelijen kepolisian yang bertugas di tingkat Polsek.
"Saya itu biasa menentramkan masyarakat, menetralkan gejolak-gejolak kamtibmas, begitu. Sekarang ada di jalan ini, mau enggak mau. Suka enggak suka. Siap grak! gitu," cetusnya.
Emosi yang diluapkan pemudik kala tersekat pos larangan mudik ada di halaman selanjutnya.