Kantong Cekak Porter Stasiun Jelang Lebaran

Martahan Sohuturon | CNN Indonesia
Rabu, 12 Mei 2021 07:59 WIB
Sebagian porter memilih pulang ke kampung masing-masing karena penghasilan dari menjajakan jasa ini tak lagi cukup mencukupi kebutuhan harian di Ibu Kota.
Ilustrasi porter di stasiun. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Dalam kondisi pandemi yang kian tak menentu, sebenarnya Abid ingin sekali pulang ke kampungnya di Surabaya, Jawa Timur. Selain percaya bahwa masa-masa sulit seolah akan tampak mudah jika dilalui bersama keluarga, ia juga kangen rumah.

"Kalau pulang kampung, enggak mikir, soalnya keluarga di kampung kebanyakan. Orang tua saya di Surabaya, kangen banget sebenarnya, apalagi keluarga saya di Surabaya semua," ungkap Abid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun setelah ditimbang-timbang dan pikir ulang, belakangan ia merasa, justru tidak mudik adalah pilihan paling realistis baginya di tengah situasi tak pasti. Apalagi jika mengingat, jelang tahun ajaran baru, ongkos mudik terasa lebih berguna saat dipakai memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya.

"Anak saya dua, anak pertama SMA, terakhir itu mau masuk SMP. Anak paling kecil mau masuk SMP, anak saya yang paling besar masih SMA katanya mau praktik kerja lapangan juga. Uang pas-pasan, kalau pulang kasihan yang di kampung membebani juga," tutur dia lagi.

Sedangkan rindu orang tua dan keluarga di kampung halaman, bisa ia bayar dengan sambungan via telepon.

Kegamangan itu bukan hanya dialami Abid. Menurutnya, banyak rekan kerja yang akhirnya memilih kembali ke kampung halaman ketimbang di ibu kota juga sepi penghasilan.

Sejumlah porter tampak sedang bertugas di stasiun Pasar Senen. Para porter tersebut membantu para pemudik untuk membawa barang bawaan mereka.Ilustrasi. Sejumlah porter sedang bertugas di stasiun Pasar Senen. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)

Kantong cekak membuat sebagian porter tak punya banyak pilihan selain pulang. Di Stasiun Gambir misalnya, jumlah porter menurun drastis sejak pandemi Covid-19.

Di grupnya saja, dari total 115 porter, hanya sekitar 60 di antaranya aktif. Hampir separuh sisanya memutuskan untuk pulang kampung.

Kata Abid, teman-teman seprofesinya itu memilih pulang karena penghasilan sebagai porter tak mampu mencukupi biaya hidup di Jakarta.

"Porter di grup saya 115, yang aktif 60-an, [porter] yang tidak aktif sudah pulang kampung, karena di sini keluarin duit juga. [Mereka] pulang kampung dalam jangka waktu yang lama," cerita Abid.

"Aslinya, [mereka] enggak ingin pulang kampung, tapi kalau di sini mengandalkan situasi begini buat di sini saja enggak bisa. Jadi lebih baik pulang kampung," ucap dia.

Karena itu Abid tak lepas berdoa agar wabah virus corona segera berakhir. Sehingga semua kembali normal, penghasilan porter pun berangsur membaik. "Harapannya, cepat normal, biar cepat selesai, biar aktivitas anak-anak normal lagi," tutur Abid berharap.

(mts/nma)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER