Pemda DIY Ungkap Alasan Tetap Lanjutkan Vaksinasi AstraZeneca
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan bakal tetap melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk program vaksinasi Covid-19.
Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji beralasan semua vaksin AstraZeneca yang sudah dikirim pusat untuk warga di Yogyakarta, tidak termasuk kumpulan produksi (batch) vaksin yang dihentikan distribusi dan penggunaannya oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"DIY bukan [batch] itu, jadi kita tetap jalan nggak ada masalah. Itu kan baru dikirim ke dua provinsi kalau saya nggak salah. DKI dan Sulawesi Utara," terang Aji ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (17/5).
"Sementara yang AstraZeneca kita bukan termasuk yang dihentikan itu. Jadi tetap jalan, sesuai rencana kita tetap menggunakan persediaan vaksin AstraZeneca," lanjut Aji.
Kemenkes sebelumnya mengonfirmasi penghentian sementara distribusi dan penggunaan 448.480 dosis vaksin AstraZeneca batch CTMAV547. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari laporan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) serius terhadap dua warga DKI Jakarta yang meninggal usai disuntik vaksin.
Temuan KIPI tersebut dialami oleh Trio Fauqi Virdaus. Pria berusia 22 tahun yang meninggal sehari usai menerima suntikan dosis pertama vaksin AstraZeneca di Istora Senayan pada 5 Mei lalu dan satu kasus warga DKI yang tidak dijelaskan secara detail.
Sementara di Yogyakarta, vaksin AstraZeneca baru diperuntukkan bagi jajaran TNI/Polri. Aji pun mengklaim sejauh ini belum ditemukan KIPI pada penerima vaksinasi AstraZeneca.
"Kebetulan sampai hari ini tidak ada keluhan apa-apa," klaim Aji.
Vaksin AstraZeneca selain diperuntukkan bagi TNI/Polri, rencananya juga akan diberikan kepada masyarakat sipil DIY. Akan tetapi, Pemda Yogyakarta masih akan menghabiskan persediaan dosis vaksin Sinovac terlebih dahulu sebelum beranjak ke pemakaian AstraZeneca.
Vaksin Sinovac yang masih tersisa rencananya diberikan sebagai dosis kedua dengan sasaran para warga lanjut usia (lansia) dan kelompok guru.
"Vaksin itu kita nggak bisa milih, beli impor nggak bisa. Semua disediakan Kemenkes. Jadi semua yang sudah diadakan Kemenkes, kemudian sudah diuji klinis oleh BPOM, lalu dikirim ke kita itu yang kita pakai," pungkas Aji.