Kisah Getir Sukarno Kecil: Miskin dan Sakit-sakitan

CNN Indonesia
Minggu, 06 Jun 2021 14:27 WIB
Sukarno lahir dengan nama Kusno. Keluarga Kusno hidup miskin, sampai-sampai tak mampu menyisihkan uang untuk membelikan Kusno sebutir permen.
Sukarno dilahirkan dengan nama Kusno. Ayahnya lalu menggantinya menjadi Sukarno karena dulu kerap sakit-sakitan di masa kecil (AFP PHOTO / INTERNATIONAL NEWS PHOTOS / DOUG CHEVALIER)

Mereka sering tidak bisa makan nasi satu kali dalam sehari. Ibunya tidak mampu membeli beras, bahan pangan yang biasa dibeli penduduk desanya. Ia membeli padi lalu menumbuknya dengan lesung hingga tangannya melepuh agar dapat berhemat.

Dibanding beras, keluarga Sukarno lebih sering makan ubi kayu dan jagung yang ditumbuk dengan makanan lain.

Ganti Nama

Sukarno kecil atau Kusno, dikenal sebagai anak yang sakit-sakitan. Ia terkena malaria, disentri, dan penyakit lainnya. Dia selalu membuat cemas orang tuanya lantaran sering mengidap penyakit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku terkena malaria, disentri, semua penyakit dan setiap penyakit," kata Sukarno.

Ayahnya lalu memutuskan untuk mengganti nama Kusno menjadi Sukarno. Orang Jawa kala itu percaya bahwa mengubah nama anak bisa membuat nasib menjadi lebih baik.

Soekemi yang menyukai cerita-cerita pewayangan lantas memilih nama Karna. Sosok ksatria yang memiliki keteguhan hati membela kelompoknya.

Menurut Soekemi, Karna merupakan pahlawan besar dalam cerita pewayangan Mahabrata. Ia menggambarkan kepada Kusno kecil bahwa dalam menjalankan keyakinan hatinya, Karna membela kawan-kawannya tanpa peduli akibat yang ia terima.

Sementara, awalan "Su" dalam kebanyakan nama orang Jawa berarti paling baik. Dengan demikian, Sukarno memiliki arti pahlawan yang baik.

"Sukarno, sejak itu, menjadi namaku yang sebenarnya dan satu-satunya," kata Sukarno.

Meski tinggal di keluarga yang sangat berkecukupan, ayah Sukarno tetap berusaha agar putranya bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin.

Sukarno bisa menempuh pendidikan di sekolah tingkat menengah yang mengantarkannya hingga perguruan tinggi, Hogere Burger School di Surabaya.

Ayahnya lantas menitipkan Sukarno di rumah seorang tokoh pergerakan nasional, H.O.S Cokroaminoto.

Cokro merupakan pemimpin Sarekat Islam (SI), organisasi pribumi terbesar saat itu. Sosok itu pula lantas menjadi salah satu guru yang sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup sang proklamator.

Selama tinggal bersama Cokroaminioto, Sukarno mendapat banyak pengalaman dan kenalan tokoh-tokoh progresif penentang kolonialisme. Hingga di kemudian hari, Sukarno menjadi sosok yang cerdas, berani dan pandai berpidato.

(iam/bmw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER