Jakarta, CNN Indonesia --
Dugaan peretasan ponsel hingga akun media sosial mencederai demokrasi di ruang digital era Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Sejumlah akun, baik dimiliki organisasi maupun perseorangan yang mengkritik pemerintah menjadi sasaran peretasan.
Pada umumnya, serangan dalam bentuk kejahatan siber ini terjadi setelah mereka melayangkan kritik keras terhadap pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena ini menjadi bukti bahwa tindakan represi terhadap kelompok masyarakat yang berseberangan atau mengkritisi pemerintah juga terjadi di dunia digital.
Kasus terbaru dialami sejumlah pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) usai melayangkan kritik lewat meme kepada Presiden Jokowi.
Merespons kasus ini, Polri mempersilakan BEM UI melaporkan dugaan peretasan akun Whatsapp dan media sosial. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan penyidik Polri memerlukan laporan dari korban untuk memulai penyelidikan.
Di satu sisi, ada pula aktivis korban peretasan yang melaporkan apa yang dialaminya kepada polisi, seperti Ravio Patra. Namun, berbulan-bulan hingga berbilang tahun pelaporan itu belum membuahkan hasil.
CNNIndonesia.com menghimpun beberapa kasus peretasan yang dialami para aktivis atau organisasi yang mengkritik pemerintah.
BEM KM Unnes
Salah satu kasus terbaru adalah hilangnya akun Instagram Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes).
Akun BEM KM Unnes lenyap beberapa waktu setelah mereka mengunggah konten grafis yang menyindir Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebagai King of Silent, dan Ketua DPR yang juga politikus PDIP Puan Maharani.
Setelah unggahan tersebut, akun Instagram BEM Unnes kemudian lenyap pada Rabu (7/7) sekitar pukul 16.00 WIB. Selain hilang dari pencarian, tertulis bahwa akun tersebut tidak tersedia.
Presiden BEM KM Unnes, Wahyu Suryono Pratama mengatakan bahwa akun Instagram tersebut dinonaktifkan pihak yang tidak bertanggung jawab.
BEM UI
Sebelum BEM Unnes, serangan digital juga menyasar sejumlah akun pengurus BEM Universitas Indonesia.
Penyerangan ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya BEM UI mengkritik Presiden Joko Widodo dengan menyematkan label The King of Lip Service. Menurut mereka, Jokowi kerap tidak menepati janji yang telah disampaikan ke publik.
Julukan ini viral di media sosial, lalu beberapa akun Whatsapp pengurus BEM UI diretas.
Peretasan dialami Kepala Biru Hubungan Masyarakat BEM UI Tiara Shafina dan Wakil Ketua BEM UI Yogie Sani pada Minggu (27/6).
Selain itu, akun telegram Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM UI, Naifah Uzlah juga diretas.
Serangan juga menyasar akun Instagram Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI, Syahrul Badri. Akun Badri mengalami 'restriction' setelah ia mengunggah surat pemanggilan dari rektorat.
Badri sempat tidak bisa menggunakan akunnya seperti biasa selama beberapa waktu.
Akun WatchDoc
Peretasan juga menyerang akun Instagram rumah produksi film dokumenter bertemakan isu sosial dan lingkungan WatchDoc.
Salah satu pendiri WatchDoc Dandhy Dwi Laksono menyebut akun instagram berubah nama menjadi @watchwatchwatchhehe dan dirusak.
Serangan ini dilancarkan bersamaan dengan peretasan akun Twitter @KPK_EndGame. Akun ini diambil pihak tidak dikenal yang menghapus seluruh cuitan yang mempublikasikan informasi dan lokasi nobar film KPK End Game.
Film ini mengkritisi penonaktifan puluhan pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK).
Halaman selanjutnya, dugaan peretasan terhadap eks komisioner KPK hingga kantor berita
Whatsapp eks Komisioner Busyro Muqoddas
Dua mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto mengaku sempat mengalami peretasan beberapa waktu setelah mengkritik tes wawasan kebangsaan (TWK).
WhatsApp di ponsel merekadiretas menjelang konferensi pers "Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai" yang digelar Indonesia Corruption Watch (ICW) pada 17 Mei 2021.
Moderator acara tersebut, Nisa Zonzoa, mengalami hal yang sama.
Penyidik KPK Tak Lolos TWK
Dua nama pegawai KPK yang dinyatakan tidak lolos tes wawasan kebangsaan, yakni penyidik senior Novel Baswedan dan Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Antar-Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK, Sujanarko juga mengalami peretasan.
Mereka secara tiba-tiba mendapatkan notifikasi telah terdaftar di akun Telegram.
Sujarnako menduga peretasan ini berkaitan dengan penolakan yang ia lakukan terhadap Surat Keputusan (SK) nomor 652 yang diterbitkan pimpinan KPK mengenai pemberhentian pegawai KPK tak lolos TWK.
Akun Epidemiolog UI
Akun Twitter Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono tak luput dari sasaran peretasan. Pandu dikenal sebagai akademisi yang aktif mengawal penanganan Covid-19.
Peretasan terjadi setelah Pandu mengkritik pengembangan obat Covid-19 oleh Universitas Airlangga, TNI AD dan Badan Intelijen Negara (BIN) pada pekan terakhir bulan Agustus 2020.
Pada Rabu 19 Agustus tahun lalu, akun Twitter Pandu tiba-tiba mengunggah sebuah foto dirinya dengan seorang perempuan.
Situs Berita Tempo.co dan Tirto.id
Tidak hanya menyasar sejumlah mahasiswa dan aktivis, peretasan juga menyerang situs digital salah satu media nasional Tempo.co dan Tirto.id
Peretasan terjadi pada Jumat dini hari, 21 Agustus 2020. Kedua pemred situs berita itu kemudian melaporkan dugaan peretasan yang terjadi dengan didampingi LBH Pers ke Polda Metro Jaya.
Pemimpin Redaksi Tempo.co Setri yasra menduga peretasan ini sebagai bentuk upaya pembungkaman terhadap kritik yang disampaikan melalui medium berita.
Adapun peretasan mulai terjadi pada pukul 00.00 WIB. Saat itu, halaman situs tersebut hanya menampilkan layar putih bertuliskan "403 forbidden".
Setengah jam kemudian, layar tersebut menjadi hitam dan memutar lagu Gugur Bunga selama 15 menit.
Pada layar tersebut juga tertulis Stop Hoax, Jangan BOHONGI Rakyat Indonesia, Kembali ke etika jurnalistik yang benar patuhi Dewan Pers. Jangan berdasarkan ORANG yang BAYAR saja. Deface By @xdigeeembok.
Saat diklik, tautan tersebut langsung masuk ke akun Twitter @xdigembok.
Sementara Pemimpin Redaksi Tirto, Sapto Anggoro mengatakan total ada tujuh berita Tirto yang diretas dan dihilangkan. Dari tujuh berita tersebut, dua berita lainnya juga mengalami perubahan tulisan tanpa diketahui redaksi. Dalam pelaporan tersebut, pihaknya juga membawa bukti logfile guna menguatkan laporan yang dilakukan pihaknya.
Pada 2 Oktober 2020, Polda Metro Jaya kemudian mengabarkan telah menaikkan status laporan dugaan peretasan situs yang dibuat media massa daring Tempo.co dan Tirto.id ke tingkat penyidikan.
Akun WA Ravio Patra
Peretasan juga pernah dialami aktivis demokrasi Ravio Patra. Peristiwa ini bermula saat Ravio membuka aplikasi WhatAapp-nya dan muncul tulisan "You've registered your number on another phone".
Saat ia mengecek kotak masuk pesan, terdapat permintaan pengiriman on time password (OTP). Ketika dilaporkan kepada pihak Whatsapp, Head of Security aplikasi itu mengatakan bahwa telah terjadi pembobolan.
Akun Ravio baru bisa dipulihkan setelah dua jam. Selama dikuasai peretas, akun tersebut menyebarkan pesan provokatif.
"Krisis sudah saatnya membakar! Ayo kumpul dan ramaikan 30 April aksi penjarahan nasional serentak semua toko yang ada di dekat kita bebas dijarah" demikian bunyi pesan tersebut.
Tidak berselang lama, Ravio kemudian ditangkap intel polisi dengan tuduhan penghasutan tersebut dan diamankan di markas polisi pada malam 22 April 2020.
Ravio kemudian dipulangkan. Belakangan, Ravio kemudian melaporkan dugaan peretasan akun WhatsApp miliknya ke Polda Metro Jaya, Senin (27/4/2020). Laporan tersebut terdaftar dengan nomor LP/2528/IV/YAN.2.5/2020/SPKT PMJ.