Panjang Jejak Para Pengkritik Rezim Korban Represi Digital

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jul 2021 07:03 WIB
Ilustrasi peretasan. (Istockphoto/ South_agency)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dugaan peretasan ponsel hingga akun media sosial mencederai demokrasi di ruang digital era Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Sejumlah akun, baik dimiliki organisasi maupun perseorangan yang mengkritik pemerintah menjadi sasaran peretasan.

Pada umumnya, serangan dalam bentuk kejahatan siber ini terjadi setelah mereka melayangkan kritik keras terhadap pemerintah.

Fenomena ini menjadi bukti bahwa tindakan represi terhadap kelompok masyarakat yang berseberangan atau mengkritisi pemerintah juga terjadi di dunia digital.

Kasus terbaru dialami sejumlah pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) usai melayangkan kritik lewat meme kepada Presiden Jokowi.

Merespons kasus ini, Polri mempersilakan BEM UI melaporkan dugaan peretasan akun Whatsapp dan media sosial. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan penyidik Polri memerlukan laporan dari korban untuk memulai penyelidikan.

Di satu sisi, ada pula aktivis korban peretasan yang melaporkan apa yang dialaminya kepada polisi, seperti Ravio Patra. Namun, berbulan-bulan hingga berbilang tahun pelaporan itu belum membuahkan hasil.

CNNIndonesia.com menghimpun beberapa kasus peretasan yang dialami para aktivis atau organisasi yang mengkritik pemerintah.

BEM KM Unnes

Salah satu kasus terbaru adalah hilangnya akun Instagram Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes).

Akun BEM KM Unnes lenyap beberapa waktu setelah mereka mengunggah konten grafis yang menyindir Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebagai King of Silent, dan Ketua DPR yang juga politikus PDIP Puan Maharani.

Setelah unggahan tersebut, akun Instagram BEM Unnes kemudian lenyap pada Rabu (7/7) sekitar pukul 16.00 WIB. Selain hilang dari pencarian, tertulis bahwa akun tersebut tidak tersedia.

Presiden BEM KM Unnes, Wahyu Suryono Pratama mengatakan bahwa akun Instagram tersebut dinonaktifkan pihak yang tidak bertanggung jawab.

BEM UI

Sebelum BEM Unnes, serangan digital juga menyasar sejumlah akun pengurus BEM Universitas Indonesia.

Penyerangan ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya BEM UI mengkritik Presiden Joko Widodo dengan menyematkan label The King of Lip Service. Menurut mereka, Jokowi kerap tidak menepati janji yang telah disampaikan ke publik.

Julukan ini viral di media sosial, lalu beberapa akun Whatsapp pengurus BEM UI diretas.

Peretasan dialami Kepala Biru Hubungan Masyarakat BEM UI Tiara Shafina dan Wakil Ketua BEM UI Yogie Sani pada Minggu (27/6).

Selain itu, akun telegram Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM UI, Naifah Uzlah juga diretas.

Serangan juga menyasar akun Instagram Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI, Syahrul Badri. Akun Badri mengalami 'restriction' setelah ia mengunggah surat pemanggilan dari rektorat.

Badri sempat tidak bisa menggunakan akunnya seperti biasa selama beberapa waktu.

Akun WatchDoc

Peretasan juga menyerang akun Instagram rumah produksi film dokumenter bertemakan isu sosial dan lingkungan WatchDoc.

Salah satu pendiri WatchDoc Dandhy Dwi Laksono menyebut akun instagram berubah nama menjadi @watchwatchwatchhehe dan dirusak.

Serangan ini dilancarkan bersamaan dengan peretasan akun Twitter @KPK_EndGame. Akun ini diambil pihak tidak dikenal yang menghapus seluruh cuitan yang mempublikasikan informasi dan lokasi nobar film KPK End Game.

Film ini mengkritisi penonaktifan puluhan pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK).

Halaman selanjutnya, dugaan peretasan terhadap eks komisioner KPK hingga kantor berita

Eks Komisioner KPK hingga Situs Berita Tempo


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :

TOPIK TERKAIT