Jakarta, CNN Indonesia --
Adu argumen terjadi antara seorang pengemudi ojek online (ojol) dengan petugas terjadi di underpass Mampang, Jakarta Selatan, akibat sistem baru penyekatan selama PPKM Darurat di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Insiden ini dipicu oleh aturan baru yang tidak mengizinkan pengguna jalan umum melintas di atas pukul 10.00 WIB. Tono, pengemudi ojol, kesal karena dia tak diizinkan melintas padahal sudah mengantongi Surat Tanda Registrasi Pekerja (STRP).
"Pak... Pak... Aku sudah dapat ginian pak. Gini buat apaan dong, Pak, kalau enggak bisa lewat?" cetus Tono sambil menunjukkan STRP miliknya kepada petugas Dinas Perhubungan yang berjaga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo, seluruh pengemudi ojol disebut telah mengantongi STRP.
Baru-baru ini kepolisian menerapkan sistem penyekatan baru dengan melarang seluruh pengendara untuk melintas di titik penyekatan pada pukul 10.00 WIB ke atas. Jalur pada jam tersebut hanya untuk tenaga medis atau tenaga kesehatan (nakes), TNI-Polri, atau kendaraan darurat lain.
Tono yang jadi korban kebijakan itu kesal lantaran dirinya sedang membawa sebuah paket yang dibeli dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan.. Paket itu hendak ia antar ke sebuah gedung perkantoran di kawasan Rasuna Said.
Ia membawa barang pesanan konsumennya yang dibungkus kotak besar dibalut kantong plastik hitam. Dalam kemasan plastik tertulis 'fragile' yang artinya barang rentan rusak.
Tono yang berkewajiban mengantarkan barang itu dengan aman, merasa perjalanannya terganggu titik penyekatan.
"Padahal, kan dekat di situ, tinggal putar balik. Pak, gimana ini. Buat apaan dikasih beginian," ucapnya lagi menggerutu.
"Tidak bisa pak, hanya untuk tenaga kesehatan, perawat dan dokter jalur ini," jawab petugas di lapangan.
"Langsung putar balik aja pak nanti di depan," timpal petugas lain.
Banyak pengemudi lain yang bingung dengan aturan baru penyekatan. Baca di halaman berikutnya...
Tono yang merasa tak puas pun kembali menggerutu dengan pengendara ojol lain yang juga mencoba lewat di titik penyekatan itu. Namun mereka tetap gagal melewati penyekatan.
"Kita dikasih loh, harusnya bisa lewat buat apaan. Kalau hanya orang-orang tertentu yang bisa lewat buat apaan," ucap dia kepada rekanan Ojol lain.
"Iya, semuanya dapat. Katanya kan bisa lewat," cetus pengendara Ojol lain.
Adu argumen tersebut membuat jalur Mampang terhambat. Meski tak memicu kemacetan yang mengular, namun kendaraan di sana menjadi tertumpuk.
Kejadian tersebut tak hanya dialami oleh Ojol. Beberapa pengendara yang bekerja di sektor esensial dan kritikal pun acapkali menunjukkan STRP yang dimilikinya untuk dapat melintas.
Beberapa diantaranya merasa bingung dengan titik penyekatan tersebut lantaran baru diterapkan per hari ini. Sesekali, laju busway menjadi terhambat karena antrean mobil yang menghalanginya di jalur khusus tersebut.
Aparat yang bertugas tetap memprioritaskan akses Underpass Mampang itu bagi ambulans ataupun kendaraan lain yang dikendarai oleh tenaga kesehatan.
Terhitung sejak hari ini, Polda Metro Jaya bahkan telah menambah jumlah titik penyekatan dalam rangka Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat di wilayah Jakarta dan sekitarnya menjadi 100 titik.
Penambahan titik penyekatan ini dilakukan karena berdasarkan hasil pemantauan tercatat mobilitas masyarakat masih tinggi di masa PPKM Darurat ini.
Skema baru diterapkan dengan harapan dapat mengurangi kemacetan dan kepadatan kendaraan di titik penyekatan. Hanya tenaga kesehatan yang boleh melintas pada pukul 10.00 hingga 22.00 WIB di titik penyekatan PPKM Darurat.
Kepolisian mengimbau kepada para bekerja di sektor esensial dan kritikal untuk berangkat kerja pada pukul 06.00 hingga 10.00 WIB.
Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo sendiri sempat mempersilakan petugas di lapangan untuk menyesuaikan dengan situasi terkait izin melintas di penyekatan.
"Itu kan diskresi masing-masing pengendara lihat situasi. Kami lihat perkembangan, tapi arahan umumnya seperti itu. Tapi nanti teman-teman di lapangan (petugas) bisa melihat situasinya seperti apa," kata dia.