Tingkat kematian terkait Covid-19 di Kota Solo masih tinggi selama penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak awal Juli lalu. Pemerintah Kota Solo menyebut tingginya angka kematian di daerahnya karena tercampur data daerah lain.
Hal itu terungkap saat Pemkot mengikuti rapat monitoring dan evaluasi PPKM Jawa-Bali bersama Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, Jumat (23/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Pelaksana Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Solo, Ahyani Sidik mengatakan Luhut menyoroti tingginya tingkat kematian di Solo.
"Masih 25 persen. Itu disoroti sama Pak Luhut. Faktanya, angka kematian itu juga aneh," katanya, Sabtu (24/7).
Ahyani yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Solo itu mengatakan angka kematian Covid-19 di Solo tercampur dengan warga daerah lain yang meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit di Solo.
"Ikut zonasi Solo. Makanya Solo terseret di situ," katanya.
Lihat Juga :![]() UPDATE CORONA 24 JULI Positif Covid-19 Bertambah 45.416 Kasus, 1.415 Meninggal |
Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Kota Solo, Siti Wahyuningsih juga mengeluhkan hal serupa. Data dari Pemerintah Pusat menyebutkan angka kematian Covid-19 di Solo sempat tembus 100 orang per hari.
"Saya sampai bingung kok angkanya segini tingginya. Ternyata setelah kita buka, ada yang bukan penduduk kita dan tidak domisili di Solo," katanya.
Selain data yang tercampur daerah lain, Ning, sapaan akrabnya, menyebut beberapa rumah sakit terlambat melaporkan data kematian. Kasus kematian Covid-19 beberapa hari pun dilaporkan dalam sehari yang mengakibatkan angka kematian melonjak.
"Kadang numpuk-numpuk. Sudah meninggal beberapa hari baru dilaporkan. Kita yang di dinas kan tidak tahu," katanya.
Ning mengaku tak bisa berbuat banyak lantaran laporan dari rumah sakit langsung dikirim ke Pemerintah Provinsi secara daring.
"Karena data itu dari rumah sakit langsung ke sistem, kita tidak bisa mengoreksi. Saya lapor ke Pemerintah Provinsi juga belum dijawab," katanya.
Ia berharap semua pihak lebih cermat dalam menangani data Covid-19. Mengingat pentingnya akurasi data dalam menentukan kebijakan penanganan Covid-19.
"Data itu sangat vital ya. Mari kita melakukan pembenahan bersama-sama," katanya.
Pada Sabtu (24/7) kasus kematian Covid-19 tertinggi yaitu Jawa Timur dengan tambahan 356 kasus. Posisi kedua yaitu Jawa Tengah dengan tambahan kasus 338.
(syd/pmg)