22 Persen Pasien IGD RSUD dr Soetomo Surabaya Meninggal

CNN Indonesia
Jumat, 30 Jul 2021 12:40 WIB
Ilustrasi penanganan Covi-19 di IGD. (Foto: CNNIndonesia/Safir Makki)
Surabaya, CNN Indonesia --

Tingkat kematian atau mortalitas pasien Covid-19 di instalasi gawat darurat (IGD) di RSUD dr. Soetomo diklaim tak lazim karena melampaui standar.

Pasalnya, banyak pasien yang datang ke IGD sudah dalam kondisi yang berat atau bahkan sudah meninggal.

"Kalau kami melihat data-data, bahwa mortalitas yang tinggi itu terjadi di pelayanan IGD, jadi hal ini menjadi perhatian kami," kata Direktur RSUD dr Soetomo sekaligus Ketua Rumpun Kuratis Satgas Penanganan Covid-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi, melalui video konferensi, Jumat (30/7).

Di rumah sakitnya, persentase kematian di IGD bahkan mencapai 22 persen. Jumlah itu, menurutnya, tak lazim lantaran di atas standar.

"Total kematian di IGD total sekitar 22 persen dan ini enggak lazim. Kematian intra-hospital rujukan di beberapa literatur kami baca antara 10-12 persen," ucapnya.

Selain itu, tak sedikit pula pasien yang sudah meninggal dunia saat mereka tiba di IGD. Jumlahnya cukup tinggi, yakni mencapai 53 orang pada periode Januari-hingga Juli 2021.

"Pada bulan Mei-Juli terjadi apa yang kami sebut death on arrival, pasien banyak datang di UGD dengan keadaan sudah meninggal. Kalau kami lihat ada 53 pasien mulai Jan-Juli [tanggal' 26 kemarin," paparnya.

Kasus-kasus ini membuat upaya pihaknya dalam menekan angka kematian di intensive care unit (ICU) dan high care unit (HCU) menjadi gagal.

"Upaya kami pada bulan Juni-Juli rasa-rasanya terhempas oleh naiknya high case di RS yang datang ke IGD dengan keadaan desaturasi berat," ujar dia,

Pihaknya pun langsung melakukan pengembangan kapasitas IGD, dengan dibantu oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan donatur.

"Kami sudah kembangkan IGD dengan triase kami tambah dengan memakai kontainer yang bertekanan negatif di-support oleh donatur, pemprov, sampai 25 bed sehingga antrian IGD yang terjadi pada awal Juli itu bisa kami tangani," kata Joni.

Upaya pengembangan kapasitas itu, kata Joni, telah membuahkan hasil. Hal itu bisa dilihat dari penurunan kasus yang datang di IGD beberapa hari belakangan.

RSUD dr Soetomo sendiri saat ini memiliki 520 tempat tidur perawatan ICU dan HCU Covid-19. Jumlah itu akan terus bertambah dengan bantuan Pemprov Jatim dan PUPR.

"Kemudian sedang dikembangkan oleh Ibu Gubernur 200 tempat tidur lagi, kemudian disupport oleh PUPR 27 [bed] ICU yang sedang dibangun, yang InshaAllah minggu depan akan selesai," ucapnya.

Terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengkalaim pihaknya telah menyajikan data kematian Covid-19 dan pemakaman dengan protokol corona secara transparan ke publik.

Saat ini kata Eri, tercatat sudah ada 3.800 pemakaman yang dilakukan protokol Covid-19. Ia menyebut baru Surabaya lah yang berani mebuka data itu. Daerah lain belum tentu.

Infografis Istilah-istilah Corona. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)

"Di Lawan Covid [situs resmi Surabaya lawancovid-19.surabaya.go.id] sudah kelihatan datanya mencapai 3.800-an. Onok ta daerah seng wani mbuka lek gak Surabaya (adakah daerah yang berani membuka kalau bukan Surabaya)?," kata Eri, Jumat (30/7).

Meski demikian, data pemakaman dengan protokol Covid-19 ini belum tentu masuk dalam data kematian Covid-19 yang biasa dilaporkan dalam sistem New All Record (NAR) milik Kementerian Kesehatan.

Pasalnya, kata Eri, mereka yang dimakamkan dan pemulasaraannya menggunakan protokol Corona ini sebagian meninggal dalam keadaan suspect atau probable tanpa tak disertai dengan hasil positif swab.

"Kenapa [yang dimakamkan dengan protokol Covid-19] tidak masuk data NAR? Karena yang meninggal ini adalah orang yang belum di-swab baik itu PCR maupun antigen," ucapnya.

"Tetapi mereka masuk suspect-probable karena sebelum meninggal punya ciri-ciri Covid-19, seperti batuk, pilek, dan sesak napas. Hampir dipastikan kalau sudah gini pasti menuju Covid-19," lanjutnya.

Eri juga memastikan data warga yang meninggal dalam kategori probable atau suscpect akan tetap disampaikan pihaknya kepada publik melalui situs dan media sosial resmi Pemkot Surabaya.

"Kalau buat saya gini, semakin saya membuka data, saya semakin tahu bahaya apa sih di Surabaya. Sehingga saya bisa mengambil kebijakan yang tepat," tandas dia, yang juga kader PDIP itu.

(frd/arh)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK