Peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY, Darto Harnoko menyebut pengaruh Kelompok Pathuk luar biasa besar baik sebelum dan sesudah masa kemerdekaan.
Sunjoyo termasuk salah satu tokoh di Yogyakarta yang pertama menerima pesan morse proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kelompok Pathuk juga yang mewartakannya ke pelosok daerah, termasuk ke telinga Ki Hadjar Dewantara.
"Pada 17 Agustus sore hari Ki Hadjar Dewantara naik sepeda menghindari tentara Jepang menyusuri kampung-kampung menemui pemuda Pathuk. Mereka membahas kemerdekaan yang betul-betul harus dipertahankan. Ini yang jarang dilontarkan," jelas Darto ditemui CNNIndonesia.com di kantornya, BPNB DIY, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Rabu (11/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok Pathuk pula yang berandil merangkul dan menyatukan berbagai golongan di Yogyakarta, mulai dari kaum militan, ulama Kauman sampai laskar-laskar gurem. Tanpa memeta-metakan atau mengusung egoisme ideologi. Mereka konseptor di balik upaya bersama meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Orientasinya murni mengusir penjajah.
"Hebatnya pemuda Pathuk, bagaimana bisa membuat pemuda-pemuda di Yogyakarta itu bersatu. Dari berbagai kalangan, bukan dia untuk (kepentingan) sosialis. Tapi orang sosialis untuk semua kalangan. Ini orang sekarang yang tidak bisa membedakan. Kalau bicara (sayap) kiri kanan itu sudah keliru, anakronis bagi saya," tegasnya.
Apa yang disampaikan Darto adalah hasil wawancara dirinya dan Almarhum Umar Kayam bersama tokoh Kelompok Pathuk, Dayino. Ada pula kesaksian Siti Ngaisah, pemudi pemanjat bendera Hinomaru saat peristiwa Cokan Kantai, juga pernyataan orang-orang dari Sub Wehrkreise (SWK), seperti Sardjono, Marsudi, dan Komaruddin. Ada pula riwayat kedekatan antara mereka dengan regu Pathuk.
Hasil wawancara ia tuliskan ke dalam buku berjudul Replika Perjuangan Rakyat Yogyakarta Jilid II terbitan Dinas Sosial DIY dan Fakultas Sastra UGM tahun 1983.
Di era sebelum kemerdekaan, kata Darto, Kelompok Pathuk konsisten menyumbang beragam pemikiran. Salah satunya upaya menentang romusha dan urun ide juga tenaga membangun saluran irigasi Selokan Mataram demi membebaskan rakyat dari kerja paksa.
Lihat Juga :HUT Kemerdekaan RI ke-74 Empat Hari Mencekam Jelang Proklamasi Kemerdekaan 1945 |
Pasca kemerdekaan, Kelompok Pathuk menginisiasi 'nuk' revolusi. Nuk adalah sebutan untuk nasi bungkus. Santapan ini dibagikan kepada rakyat dan gerilyawan yang kelaparan.
"Ide nuk revolusi itu dari Pemuda Pathuk, kelihatannya cuma makanan. Tapi bagaimana efeknya. Sekarang setelah merdeka siapa yang mau ngasih makanan rakyat kecil, buat setiap kampung, teman-teman pejuang? Dapur umum itu konsepnya Pemuda Pathuk. Kalau nggak ada itu mau berjuang gimana?" ucapnya.
Setelah geger insiden Cokan Kantai, Kelompok Pathuk gencar merongrong pendudukan Jepang. Mereka turut menyusun strategi bagi ribuan pemuda dalam merebut kembali senjata Polisi Istimewa yang disimpan di gudang persenjataan, Gayam, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, 23 September 1945.
Suksesnya operasi tanpa pertumpahan darah melecut api semangat segenap rakyat Yogyakarta untuk memperluas aksinya. Pelucutan senjata di tangsi tentara Jepang di Kotabaru pada 7 Oktober 1945 menjadi puncak pengambilalihan kekuasaan Negeri Matahari Terbit atas Yogyakarta.
Peristiwa bersejarah ini kelak dikenang dengan nama Penyerbuan Kotabaru.
Berlanjut ke halaman selanjutnya...