Direktur Utama Kelompok Mizan, Haidar Bagir mengirimkan surat terbuka ke Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim.
Dalam surat terbuka itu, Haidar menyampaikan sejumlah kritik dan saran kepada Nadiem mengenai kondisi pendidikan di Indonesia selama masa pandemi virus corona (Covid-19).
Haidar khawatir, jika Nadiem tidak membenahi sistem belajar dari rumah atau pembelajaran jarak jauh, maka akan ada learning loss.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mas Nadiem, tak perlu saya tegaskan bahwa dalam situasi pandemi saat ini, kita bersama memiliki kekhawatiran akan ancaman learning loss," kata Haidar dalam surat terbukanya, Jumat (13/8).
Nadiem sendiri pernah menjelaskan bahwa learning loss atau kehilangan satu generasi yang tidak belajar sama sekali rentan terjadi selama pelaksanaan PJJ.
Ancaman learning loss itu terutama bakal dirasakan anak-anak di wilayah akar rumput, pedesaan, daerah terdepan, terpencil, tertinggal (3T), anak-anak dari keluarga kurang mampu, maupun anak-anak di perkotaan yang bersekolah di satuan pendidikan yang tidak memiliki sumber dana dan sumber daya mencukupi. Padahal, sesungguhnya mereka merupakan sasaran terbesar program pendidikan di Indonesia.
Haidar meyakini, mantan bos Gojek itu sudah memiliki terobosan untuk mengatasi learning loss ini melalui beragam program yang sudah dijalankan.
CNNIndonesia.com sudah mendapat izin untuk menulis ulang surat dari Haidar. Berikut isi lengkap surat terbuka Haidar Bagir untuk Nadiem:
Apa kabar, Mas? Semoga bersama keluarga, dan keluarga besar Kemendikbud Ristek, senantiasa sehat wal afiat dan terus dikaruniai kekuatan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Tentu penuh dinamika, menjalankan 'kapal besar' Kemendikbud Ristek dalam terpaan gelombang pandemi Covid-19 saat ini. Namun saya yakin, Mas Nadiem akan bisa melaluinya dengan baik.
Mas Nadiem yang terhormat, program Anda yang bernama 10 episode Merdeka Belajar adalah program yang brilian. Bukan basa-basi: komprehensif, dan fundamental. Terkait dengan itu, Mas Nadiem dan tim pasti sudah mempertimbangkan faktor keberagaman lembaga-lembaga pendidikan yang tersebar jauh antara Sabang dan Merauke, yang menjadi sasarannya. Namun, tampaknya hal ini masih perlu dipastikan. Kesannya, program ini baru bisa menjangkau satuan pendidikan, organisasi, kampus, guru, kepala sekolah dan pemangku kepentingan lain yang kebetulan sudah memiliki kesiapan infrastruktur, apalagi sebagian besar programnya masih akan dilakukan secara daring.
Mas Nadiem, tak perlu saya tegaskan bahwa dalam situasi pandemi saat ini, kita bersama memiliki kekhawatiran akan ancaman learning loss, terutama untuk anak-anak kita di wilayah akar rumput, pedesaan, daerah 3T, anak-anak dari keluarga kurang mampu, maupun anak-anak di perkotaan yang bersekolah di satuan pendidikan yang tidak memiliki sumber dana dan sumber daya mencukupi, yang sesungguhnya merupakan sasaran terbesar program pendidikan di negeri kita.
Saya yakin, Mas Nadiem sudah memiliki terobosan untuk mengatasi learning loss ini melalui beragam program yang sudah dijalankan. Mulai dari menyiapkan kebijakan yang terkoordinasi antarkementerian dan pemda, penyiapan kurikulum dalam kondisi khusus, penerbitan modul literasi dan numerasi, beragam panduan yang mendukung BDR (Belajar dari Rumah)/PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), dukungan paket data untuk peserta didik (yang belakangan tampaknya mulai seret), beragam kegiatan webinar pengembangan kapasitas guru, bahan-bahan BDR dari TVRI (atau TV Edukasi), penyiapan platform Rumah Belajar, kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri, program untuk sekolah di wilayah 3T, program Kampus Mengajar dan kegiatan berbagi praktik-praktik baik melalui portal yang disediakan oleh Kemendikbuk Ristek, dan sebagainya. Tapi, ada kekhawatiran, beragam program ini lebih bersifat ad-hoc yang belum bisa dipastikan efektivitasnya. Gaungnya -sebatas yang saya ketahui- tidak sekuat program Merdeka Belajar. Padahal menurut hemat saya, penguatan BDR/PJJ untuk mengantisipasi learning loss inilah yang paling mendesak dan tidak bisa ditawar.
Ya, negara harus benar-benar hadir untuk mengawal masalah raksasa yang ada di depan mata kita ini. Saya membayangkan, Mas Nadiem sowan ke Pak Jokowi dan mohon kepada beliau untuk menjadikan penanganan learning loss ini sebagai program strategis, yang barangkali harus ditangani oleh sebuah Satgas Nasional khusus. Saya juga membayangkan, akan sangat membantu jika Mas Nadiem, seperti Pak Doni Munardo sebelum ini, lebih sering tampil di depan publik untuk memaparkan program-program konkret Kemendikbud Ristek terkait pandemi sambil membangkitkan optimisme di kalangan masyarakat.
![]() |