Eks Petinggi JI Ungkap Cara Jamaah Islamiyah Tetap Eksis

CNN Indonesia
Sabtu, 21 Agu 2021 15:25 WIB
Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah Nasir Abbas. (ANTARA/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia --

Mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas mengakui jika anggota kelompok teror itu masih ada. Nasir bahkan menyatakan kelompok susah untuk dihilangkan di Indonesia karena terus beradaptasi terhadap perubahan dunia dan melakukan gerakan secara senyap.

Polisi dalam sepekan terakhir menangkap 53 orang anggota jaringan teror dari JI dan Jamaah Anshorut Daulah (JAD) yang diklaim terlibat perencanaan teror pada 17 Agustus.

Nasir mengungkapkan, amir atau pimpinan JI akan terus berpindah ke tokoh lain jika ditangkap atau dilumpuhkan oleh aparat keamanan. Sehingga, menjadi sulit untuk melakukan penumpasan jaringan teroris itu secara menyeluruh.

"Dari umur 18 tahun saya sudah bersama mereka (JI), saya mengerti betul. Boleh saya katakan bahwa JI tidak akan pernah berhenti. Apapun yang terjadi, mereka tetap akan terus bergerak, berubah, menyesuaikan dengan keadaan yang ada, fleksibel," kata Nasir saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (21/8).

Dia mencontohkan, saat ini gerakan JI telah diprakarsai oleh pimpinan baru usai amir sebelumnya, Para Wijayanto ditangkap oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror pada 2019 setelah buron belasan tahun lamanya.

Namun demikian, dia tak bisa membeberkan lebih lanjut mengenai sosok pimpinan itu mengingat penyidikan kepolisian masih berlangsung.

Para Wijayanto, menurut Nasir, merupakan orang yang menyusun keorganisasian JI menjadi lebih rapi. Dan kini, kata dia, organisasi teror itu berfokus pada kegiatan-kegiatannya di Indonesia.

"Dia telah menyusun JI secara sistematis," tambahnya.

Nasir mengungkapkan, dulu Jamaah Islamiyah dalam strukturnya menggunakan istilah Mantiqi untuk membagi wilayah di beberapa negara. Kini, mereka menggunakan istilah Khodimah. Dimana, istilah itu digunakan untuk membagi wilayah-wilayah operasional mereka saat ini di Indonesia.

Nasir sendiri pernah menjadi Ketua Mantiqi III yang meliputi wilayah Mindanao, Sabah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi.

"Kalau dulu itu JI lintas negara, mereka ada di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Australia. Tapi sekarang ini mereka mengkhususkan Indonesia, jadi Indonesia itu dibagi tiga," ucap dia.

Khodimah Barat adalah Sumatera, Khodimah Timur meliputi Jawa dan Kalimantan, dan Khodimah khusus adalah wilayah Sulawesi, Bali, NTT dan Maluku.

"Artinya di wilayah-wilayah itu semua ada anggota JI-nya," lanjutnya.

Rekrutmen anggota JI, kata dia, juga masih aktif dilakukan dalam tahun-tahun terakhir meski pimpinannya tertangkap. Menurut Nasir, mereka membutuhkan anggota ataupun simpatisan yang banyak untuk membantu pembiayaan dana operasional kelompok.

Dalam hal ini, penerimaan anggota dilakukan secara diam-diam. Dimana, JI memanfaatkan badan-badan amal yang dibentuknya untuk menarik simpati masyarakat. Segala kegiatan yang dilakukan, kata dia, dibumbui dengan alasan kemanusiaan namun pada akhirnya akan berujung pada manfaat organisasi teror.

Tak hanya itu, lanjutnya, organisasi ini juga memanfaatkan pemikiran masyarakat muslim untuk aktif dalam kegiatan keagamaan. Menurutnya, banyak pihak yang tak sadar telah dibaiat dan mengabdi pada jaringan.

"Sangat disayangkan jika masyarakat tidak sadar dana yang dia berikan itu ternyata digunakan oleh kelompok ini," jelas Nasir.

Bentuk Badan Galang Opini


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :