Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan penyebab hasil pemeriksaan Cycle Threshold (CT) value dari tes polymerase chain reaction (PCR) salah seorang pasien Covid-19 di Surabaya menunjukkan nilai sangat rendah, berada di angka 1,8.
Pasien diketahui merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang baru pulang ke Jawa Timur baru-baru ini.
Budi menyebut, temuan itu terjadi lantaran metode tes PCR yang digunakan berbeda dari biasanya. PCR sendiri ada beberapa jenis, di antaranya adalah RT-PCR (reverse transcription PCR) dan iiPCR (insulated isothermal PCR).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau angkanya 1,5-1,8 itu menggunakan isoterm (iiPCR) yang skala pengukurannya berbeda dengan CT yang biasa kita gunakan di PCR," kata Budi dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR yang disiarkan melalui kanal YouTube DPR RI, Senin (13/9).
Lebih jelasnya, teknik spesifik yang digunakan pada kedua pemeriksaan ini berbeda. RT-PCR temperatur yang digunakan pada proses amplifikasi gen target bersiklus-siklus, sementara pada iiPCR temperaturnya cenderung konstan (isothermal).
Adapun temuan itu sebelumnya dinilai mengkhawatirkan oleh Tim medis di rumah sakit darurat Covid-19 Surabaya, atau Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI), lantaran menjadi indikasi ditemukannya kasus mutasi virus SARS-CoV-2 baru.
"Jadi kalau kita mendengar ada CT 1,8, padahal CT itu biasanya minimal di atas 2. Karena itu kan pengulangan dari tes amplifikasi RNA-nya ya," jelasnya.
Sebelumnya, Penanggungjawab RSLI Laksamana Pertama dr Ahmad Samsulhadi mengatakan salah seorang pasien yang dirawat di RSLI menunjukkan hasil CT value yang sangat rendah, berada di angka 1,8. Dikhawatirkan hal itu merupakan tanda-tanda infeksi Covid-19 mutasi baru.
Tak hanya pada satu orang, Samsulhadi menyebut hasil CT value yang rendah juga ditemukan di sejumlah pekerja migran lain. Angka CT value yang rendah itu bahkan bertahan bahkan hingga 10 hari mereka dirawat.
Merespons itu, RSLI langsung mengirimkan sejumlah sampel pasien PMI untuk diperiksa menggunakan teknik pencarian strain virus baru Whole Genome Sequencing (WGS).
Kendati demikian, baru-baru ini Dokter Penanggung Jawab Pelayanan RSLI, Fauqa Arinil Aulia juga ikut memastikan bahwa temuan CT rendah itu terjadi lantaran pasien ternyata diperiksa menggunakan metode iiPCR.