Bagi JAT, ajaran Islam adalah hal yang mutlak. Hukum Islam juga mesti menjadi sumber keadilan. Siapapun dianggap kafir jika tidak berpedoman kepada hukum Islam.
Menurut Crisis Group, ideologi ini memberikan dua konsekuensi logis. Pertama, siap perang sehingga ada pelatihan milisi dan peracikan bahan peledak.
Kedua, para pejabat lokal yang menolak penerapan syariat Islam sederajat dengan musuh jauh mereka, yaitu Amerika, Israel, serta sekutunya. Dengan demikian, Pemerintah Indonesia pun dianggap sama berdosa dan terkutuknya seperti negara barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah pengaruh dan ketenaran Ba'asyir, hanya dalam dua tahun JAT telah menjadi organisasi nasional.
Salah satu sosok penting yang bergabung dengan JAT adalah Aman Abdurrachman. Ia bergabung setelah bebas dari penjara karena dinyatakan bersalah menghadiri agenda pembuatan bom di tahun 2004.
Hanya beberapa bulan bergabung, Aman langsung berselisih paham dengan Ba'asyir. Aman orang yang pintar dalam agama, hafal Alquran dan juga tipe pribadi mudah disegani oleh kalangan muda, sehingga dia tak takut merong-rong Ba'asyir yang sesepuh.
Pada 6 Mei 2010, polisi menggerebek markas besar JAT. Aparat membongkar penggalangan dana untuk kamp pelatihan milisi di Aceh. Ba'asyir lalu ditangkap.
![]() |
Saat masih berada di kelompok Jamaah Ansharut Tauhid, sosok bernama Aman Abdurahman berani beradu argumen dengan Ba'asyir.
Pengaruh Aman meningkat seiring penangkapan pimpinan Jamaah Islamiyah serta penggerebekan kantor pusatnya di Poso pada 2007 yang membuat organisasi itu kian melemah. Kematian Noordin M. Top juga menjadi alasan reputasi Jamaah Islamiyah semakin meredup.
Aman berperan dalam perubahan target teror, dari musuh jauh atau orang asing menjadi musuh dekat atau lokal seperti, polisi dan pejabat pemerintah.
V. Arianti dalam Aman Abdurrahman: Ideologue and 'Commander' of IS Supporters in Indonesia (2017) menyebut Aman juga merekrut penjahat serta narapidana teroris.
Ia bahkan mempengaruhi Abu Bakar Ba'asyir untuk mendukung ISIS. Akibatnya, organisasi bentukan Ba'asyir, JAT, terpecah. Anak Baasyir kemudian mendirikan Jemaah Ansharus Syariah (JAS) pada Agustus 2014.
Aman lantas berupaya menyatukan kelompok-kelompok pro ISIS di bawah satu payung organisasi yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terdeteksi pada Maret 2015. Dia menyerukan agar kelompok Islam berbaiat kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi.
Beberapa organisasi yang tergabung dalam JAD antara lain, Mujahidin Indonesia Barat (MIB), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), kelompok sempalan JI dan Al-Muhajirun.
Untuk memperluas JAD, Aman Menggunakan nama seperti, Ansharut Daulah Islamiyah (ADI), Jemaah Ansharul Khilafah (JAK), dan Jemaah Ansharul Khilafah Islamiyah (JAKI).
Mantan napi teroris, Arief Budi Setyawan atau dikenal Arief Tuban mengatakan bahwa anggota kelompok JAD memiliki militansi yang tinggi. Tak lepas dari doktrin dari Aman yang menganggap keadaan sedang dalam kondisi perang. Ingin beriringan dengan perang yang diinisiasi ISIS di Irak dan Suriah.
Berlanjut ke halaman berikutnya...