Tragedi Jamban Yeni Rosita, Siluet Kemiskinan Jakarta di Ciliwung
Waktu menunjukkan sekitar pukul 02.30 WIB dini hari. Yeni Rosita meminta Iwan menggeser tubuhnya di tempat tidur karena ingin beranjak ke kamar mandi. Rumahnya begitu sempit karena berada di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta.
Sejenak kemudian, teriakan Yeni diiringi suara kayu yang patah langsung membangunkan Iwan.
"Pah," gubrak!
Iwan langsung terjaga. Ia bangun dan mencari sumber suara. Namun, pencahayaan yang redup membuatnya justru terperosok ke lubang di lantai kayu yang berada persis di depan pintu kamar mandi rumahnya.
Iwan jatuh dan masuk ke lubang itu. Nyemplung. Tetapi justru karena itu, ia tahu istrinya juga masuk ke lubang yang sama.
Pikiran Iwan langsung kalut. Sempat naik, lalu kembali masuk ke lubang dan mencari istrinya. Hasilnya, nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan Yeni. Iwan panik bukan kepalang.
Ia lantas berlari ke luar rumah mencari pertolongan. Sejam kemudian sekitar empat petugas pemadam kebakaran datang. Perahu diterjunkan untuk menyusuri aliran sungai yang malam itu sedang naik usai diguyur hujan beberapa jam sebelumnya.
Beberapa jam pencarian tak membuahkan hasil. Jasad Yeni baru ditemukan tujuh jam kemudian di aliran sungai Kapuk Muara, Jakarta Utara. Berjarak belasan kilometer dari rumahnya di Matraman, Jakarta Timur.
"[Pikiran] saya sih udah hanyut. Saya aja merasakan di air cepat puteran airnya itu. Apalagi istri saya," kata Iwan kepada CNNIndonesia.com saat ditemui di rumahnya sehari setelah kejadian, Minggu (6/2).
Lubang tempat Yeni terperosok berbentuk segi empat dengan diameter sekitar 2x20 sentimeter. Letaknya berada persis di depan kamar mandi bagian belakang rumah Iwan dan hanya ditutup beberapa potongan dipan kayu untuk sewaktu-waktu jika diperlukan.
Lubang sekilas terlihat sempit untuk digambarkan jika orang dewasa bisa langsung jatuh dan masuk ke dalamnya. Namun nyatanya Yeni dan Iwan sempat terperosok ke sana.
Lubang tempat Yeni terperosok bukan digunakan sebagai tempat buang air hajat. Menurut Iwan, lubang digunakan untuk pembuangan sampah jika air sewaktu-waktu meluap dan menggenangi rumah.
Meski begitu, toilet rumahnya juga memang langsung terhubung dengan sungai karena posisinya berada persis di pinggiran Sungai Ciliwung.
"Emang kita ini kebanyakan rata-rata yang tinggal di sini kalau toiletnya di bawahnya langsung ke kali. Rumah gantung di atas air," kata dia.
15 Orang Tinggal Serumah
Rumah Iwan persis membelakangi aliran sungai Ciliwung. Terdiri dari dua lantai, bagian belakang rumah ditopang oleh onggokan kayu yang menancap di bantaran sungai.
Selain bersama istri dan satu anaknya yang berusia 12 tahun, total ada empat kepala keluarga atau lima belas orang yang tinggal di rumah semi permanen itu. Ada mertua, nenek, paman, adik ipar dengan keluarga mereka masing-masing.
Rumah Iwan berada di ujung gang yang masih masuk di Jalan Slamet Riyadi 4, Kelurahan Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur. Gang sempit dengan lebar hanya sekitar dua meter. Rumah Iwan menjadi yang terakhir di gang tersebut.