Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui sejumlah temuan terkait paket obat-obatan layanan telemedisin yang baru sampai dalam kurun waktu lima hari kepada warga penerima yang sedang menjalani masa isolasi mandiri (isoman) akibat terpapar virus corona (Covid-19) dengan gejala ringan maupun tanpa gejala.
Budi menyebut kondisi itu terjadi lantaran kesiapan logistik masih belum terlalu siap kala menghadapi lonjakan kasus harian Covid-19 yang saat ini tembus 30 ribu kasus lebih dalam sehari.
"Memang waktu ini jalan, baru ya, kita masih sekitar 5 ribuan sehari yang kita proses, ini masih bisa cepat. Begitu naik menjadi 20 ribu, kita alami itu, jadi delay perantara obat sampai 4-5 hari. Kemudian atas arahan pak Presiden, kita perbaiki," kata Budi dikutip dari program News Room CNNIndonesia TV, Selasa (8/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi melanjutkan, saat ini pihaknya sudah mampu menangani permintaan pengiriman paket obat Covid-19 dengan kapasitas 30-40 ribu dalam sehari. Ia juga memastikan, dari delay pengiriman obat 5 hari, itu saat ini sudah bisa dipercepat menjadi 2-3 hari, dan diupayakan tuntas dalam sehari.
Ia juga menginformasikan saat ini Kemenkes telah bekerja sama dengan 17 platform telemedisin di Indonesia. Di antaranya yakni Aido Health, Alodokter, GetWell , Good Doctor, Halodoc, Homecare24, KlikDokter, KlinikGo, Lekasehat, LinkSehat, Mdoc, Milvik Dokter , ProSehat, SehatQ, Trustmedis, Vascular Indonesia, YesDok.
"Kita akan terus perbaiki logistik," kata dia.
Telemedisin Hanya Cocok Untuk Kota Metropolitan
Budi juga menambahkan, layanan telemedisin sejauh ini hanya cocok digunakan untuk wilayah aglomerasi dan kota metropolitan. Adapun mulai minggu ini, Kemenkes sudah memutuskan untuk memperluas akses layanan telemedisin bagi pasien terpapar virus corona yang menjalani isoman di rumah masing-masing.
Awalnya, layanan telemedisin hanya berfokus pada wilayah aglomerasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Namun seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di luar wilayah itu, layanan telemedisin diperluas di kawasan aglomerasi Bandung raya, Semarang raya, Solo raya, DI Yogyakarta, Malang raya, bahkan Denpasar.
"Memang telemedisin itu cocoknya untuk daerah metropolitan. Kalau daerah nonmetropolitan seperti Kediri, Kudus, Sukabumi, memang lebih bagus dikendalikan oleh puskesmas dan rumah sakit yang ada di sana," ujar Budi.
Saat ini, layanan telemedisin tersebut dapat diakses melalui https://isoman.kemkes.go.id/. Apabila hasil pemeriksaan warga tersebut positif dan laboratorium penyedia layanan tes Covid-19 telah melaporkan data hasil pemeriksaan ke database NAR. Maka selanjutnya pasien akan menerima pesan Whatsapp dari Kemenkes RI (dengan centang hijau) secara otomatis.
Namun, apabila tidak mendapatkan pesan pemberitahuan whatsapp, pasien bisa memeriksa NIK secara mandiri melalui situs https://isoman.kemkes.go.id. Pasien juga dapat berkonsultasi dengan dokter melalui layanan tersebut.
Selesai konsultasi, dokter akan memberikan resep digital sesuai kondisi pasien dan resep dapat ditebus melalui https://isoman.kemkes.go.id/pesan_obat. Apabila pasien membutuhkan obat di luar paket tersebut, maka akan ditebus dan dibayarkan di luar layanan telemedisin isoman alias mandiri.
Adapun paket obat gratis yang akan didapatkan pasien berupa Paket A untuk pasien tanpa gejala, terdiri dari multivitamin C, B, E, dan Zinc 10 tablet, serta Paket B untuk pasien bergejala ringan terdiri dari multivitamin C, B, E, dan Zinc 10 tablet, Favipiravir 200mg 40 kapsul, atau Molnupiravir 200 mg - 40 tab dan parasetamol tablet 500mg jika dibutuhkan.
Baca halaman selanjutnya, kondisi Covid di Bandung dan Surabaya
Kota Bandung mengalami perubahan status PPKM dari level 2 ke level 3. Pelaksana Tugas Wali Kota Bandung Yana Mulyana memastikan pihaknya tengah menyiapkan aturan ketat untuk mencegah lonjakan penyebaran Covid-19 di wilayahnya.
Aturan itu dibuat untuk menyesuaikan instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) terkait perpanjangan PPKM level 3 di wilayah Bandung raya.
Seperti diketahui, Mendagri telah menerbitkan arahan perpanjangan PPKM Jawa Bali hingga perubahan level daerah melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2022 tertanggal 7 Februari 2021. Inmendagri tersebut akan mulai berlaku efektif pada hari ini hingga 14 Februari 2022 mendatang.
"Kita ikut saja karena Inmendagri-nya baru turun. Kemungkinan kita langsung sesuaikan turunannya dengan peraturan wali kota-nya," kata Yana di Balai Kota Bandung, Selasa (8/2).
Yana mengaku belum bisa merinci aturan baru yang akan ditekennya itu. Namun salah satu yang dibahas mengenai pengurangan jam operasional hingga pembatasan kapasitas untuk kafe, restoran hingga hotel di Kota Bandung.
"Saya detailnya belum (lihat), tapi seharusnya hari ini perwalnya turun. Kelihatannya ada pengurangan jam operasional dan kapasitas," cetusnya.
Untuk sebaran kasus, Kota Bandung menjadi daerah tertinggi kelima penambahan Covid-19 di Jawa Barat hingga 8 Februari 2022. Rinciannya, Kota Depok 945 kasus, Kota Bekasi (758), Kabupaten Bogor (686), Kabupaten Bekasi (375), dan Kota Bandung (238).
Lonjakan kasus Covid-19 di Kota Bandung sendiri sudah mulai terjadi pada pekan ketiga Januari 2022 lalu. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanegara mengatakan, kasus tersebut di antara pasien kebanyakan tanpa gejala atau ringan.
"Karena kondisinya banyak yang positif tanpa gejala atau bergejala ringan, pasien lebih cepat sembuh," katanya.]
Menurut Ahyani, banyaknya pasien positif Covid-19 tanpa gejala ini disebabkan sudah banyaknya warga yang mendapat vaksinasi. "Yang belum (divaksin) segera lindungi diri anda dengan vaksinasi," ucapnya.
Ahyani menyampaikan, meski kini lonjakan kasus Covid-19 disebut-sebut karena varian Omicron, pihaknya mengimbau agar tetap disiplin protokol kesehatan.
[Gambas:Photo CNN]
Surabaya Naik PPKM Level 2 dan Gejala Ringan Dirawat di RS
Kota Surabaya menjadi salah satu daerah yang masuk dalam masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 2 di Jawa-Bali, berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 9 Tahun 2022.
Merespons hal itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan salah satu indikator yang membuat Surabaya turun menjadi PPKM level 2 ialah karena tingkat keterisian rumah sakit Covid-19 atau (bed occupancy rate/BOR) rawat inap.
"Sebenarnya level 2 hari ini bukan yang terkonfirmasi positif. Karena persentase positif kecil, tapi yang dilihat adalah junlah yang dirawat di RS," kata Eri, di Komplek Balai Kota Surabaya, Selasa (8/2).
Keterisian RS di Surabaya klaim Eri, meningkat tajam beberapa waktu belakangan. Namun berdasarkan temuannya hal itu terjadi karena banyak masyarakat yang bergejala ringan memilih dirawat RS.
Ia menyayangkan hal itu. Menurutnya jika warga masih merasakan gejala ringan atau tanpa gejala, maka baiknya mereka menjalani isolasi terpadu (isoter) di tempat-tempat yang telah disediakan atau hotel dengan biaya pribadi.
"Yang di rawat di RS itu 400 orang lebih, ternyata yang 300 lebih, 350 an itu gejala ringan. Makanya kami sudah koordinasi dengan dokter kalau ringan ojo didekek (jangan dirawat) di rumah sakit," ucap Eri.
"Tapi orang-orang wedi (takut) ketimbang aku isoter di Asrama Haji. Bisa lah ke hotel [dengan biaya pribadi] nanti dipantau sama RS itu, sehingga [level PPKM] tidak naik," tambahnya.
Eri menyadari bahwa warganya nasib trauma saat lonjakan kasus Covid-19 varian Delta beberapa bulan yang lalu. Namun ia pun meyakinkan masyarakat Surabaya bahwa Omicron tak akan memberat jika pasien tersebut telah menjalani vaksinasi lengkap.
"Masyarakat sekarang ini masih trauma dengan [Covid varian] Delta. Saya berharap masyarakat tidak panik. Yang sudah vaksin satu dan dua tidak parah seperti saat Delta," ucapnya.
Berdasar data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya memiliki 23 rumah sakit dengan 8.662 tempat tidur. Sebanyak 1.957 bed di antaranya difungsikan untuk isolasi pasien Covid-19. Dari jumlah itu 376 bed tengah terpakai.
Kemudian ada juga 276 bed ICU, PICU dan NICU tersedia. Saat ini 69 di antaranya sudah terpakai. Dari jumlah itu maka total BOR di Surabaya sudah mencapai 19,48 persen.
Sementara itu, secara kumulatif konfirmasi positif Covid-19 di Surabaya saat ini telah mencapai 71.712 kasus. Dari jumlah itu 67.729 kasus di antaranya di ayat akan sembuh, 2.565 meninggal dunia dan 1.418 lainnya merupakan kasus aktif atau masih menjalani perawatan.