Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 265 balita meninggal akibat terpapar virus corona (Covid-19) selama gelombang varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau Omicron melanda Indonesia.
Koordinator Substansi Penyakit Infeksi Emerging Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Ditjen P2P Kemenkes Endang Budi Hastuti mengatakan, berdasarkan data per 21 Januari-6 Maret, sebanyak 8.230 pasien meninggal terinfeksi Covid-19 pada dua bulan terakhir, 3 persen di antaranya balita.
"Dari usia ternyata 3 persen atau 265 pasien berada di rentang umur 0-5 tahun," kata Endang dalam acara daring, Kamis (10/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Endang melanjutkan, dari 8.230 pasien Covid-19 yang meninggal selama gelombang Omicron di Indonesia. 51 persen di antaranya dilaporkan memiliki komorbid atau penyakit penyerta, sementara 49 persen lainnya tanpa komorbid.
Penyakit komorbid yang mendominasi kematian pada pasien Covid-19 adalah diabetes melitus. Selain itu, 16 persen pasien yang meninggal akibat komorbid tercatat memiliki riwayat komorbid lebih dari satu jenis penyakit.
Lebih lanjut, berdasarkan data itu juga didapatkan, pasien Covid-19 yang meninggal, 30 persen di antaranya sudah menerima vaksin primer lengkap dosis 1 dan 2, sedangkan 70 persen lainnya baru menerima vaksin 1 dosis atau bahkan belum divaksinasi sama sekali.
"Jadi memang vaksinasi sangat penting untuk mencegah keparahan bahkan meninggal. Dan dari 8.230 pasien meninggal, rata-rata terinfeksi 5,9 bulan dari vaksinasi kedua," ujarnya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan mencatat penambahan kasus varian Omicron di Indonesia terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak pertama kali diidentifikasi di Indonesia 16 Desember 2021 lalu.
Berdasarkan data per 7 Maret 2022 yang baru diunggah melalui situs resmi pada Rabu (9/3), kasus Omicron di Indonesia sudah mencapai 7.562 kasus. Bertambah sebanyak 2.257 kasus dibandingkan laporan data akhir Februari lalu.