Jalan Pulang Anak Punk Kembali Mencari Tuhan

lna | CNN Indonesia
Senin, 18 Apr 2022 16:54 WIB
Anak Punk di Pondok Tasawuf Underground (CNN Indonesia/Lina Itafiana)
Jakarta, CNN Indonesia --

Doy (32) masih ingat bagaimana ayah dan ibunya bertengkar hingga terjadi pemukulan puluhan tahun silam. Doy yang masih berusia lima tahun kala itu tak berdaya setiap kali kekerasan merundung rumah tangga orang tuanya.

"Bak Buk Bak Buk" bunyi yang tak asing lagi bagi telinganya. Dari balik pintu kamarnya, Doy sering kali melihat kekerasan itu. Tak ada sepatah kata yang keluar dari bibirnya. Ia hanya bisa menangis.

Tahun demi tahun Doy selalu disuguhi pemandangan kekerasan di rumahnya. Tak pernah damai. Doy dipaksa harus hidup dalam bayang-bayang traumatis kekerasan yang terjadi di keluarganya. Memorinya kuat merekam kejadian itu. Rumah pun tidak lagi bisa menjadi tempatnya bernaung. Hingga akhirnya, Doy mencari jalan keluar dari keluarganya yang berantakan.

Matahari tepat berada di atas kepala, Doy yang berusia 15 tahun menemui seorang kawan yang juga menjadi tetangganya. Diajak Doy ke sebuah perkumpulan, tempat di mana anak-anak muda mencari kesenangan berdalih kebebasan. Mengonsumsi alkohol dan narkoba pun ia lakukan. 

Kolong jembatan Ampera, Palembang, Sumatera Selatan menjadi tempat Doy melampiaskan berbagai keluh kesah. Bertemu dengan sekumpulan orang yang menamai kelompoknya Punk, penyuka musik aliran punk, yang berhasil mengisi kehampaan di hidup Doy. Kebersamaan yang tak pernah ia rasakan di keluarganya, kini bisa ia rasakan di sini.

"Di punk itu suasana kebersamaannya lebih erat," tutur Doy saat ditemui CNNIndonesia.com.

Kehidupan di jalanan ia lalui. Alkohol menjadi temannya sehari-hari. Hingga suatu hari Doy terlibat bentrok dengan salah seorang preman. Nyaris, Doy dan teman-temannya menghilangkan sebuah nyawa.

Foto: CNN Indonesia/Lina Itafiana
Anak Punk di Pondok Tasawuf Underground

Berangkat dari kejadian ini pada tahun 2019, Doy yang saat itu berusia 29 tahun, memutuskan untuk berpindah ke Jakarta. Di sini lah ia bertemu dengan Ustad Halim Ambiya. Sosok yang menggagas Pondok Tasawuf Underground.

Pertemuannya dengan Ustad Halim di kolong jembatan kawasan Tebet menjadi awal mula hijrahnya Doy ke kehidupan baru dengan berserah pada Tuhan. Pondok Tasawuf Underground menjadi tempat bernaung bagi anak-anak Punk yang selama ini memiliki stigma buruk dalam menata kehidupan. Terdapat 15-20 anak yang "mondok" di sana.

"Saya putusin fokus belajar ngaji, capek juga hidup di jalan dari kecil sampai gede. Saya juga mikir, enggak mungkin juga anak atau istri saya bawa ke jalan," katanya sembari membenarkan kopiah yang bertengger di kepalanya.

Meski tubuhnya dipenuhi tato, namun hal itu tidak menyurutkan Doy untuk terus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurutnya, tato yang mewarnai tubuhnya itu cukup dijadikan kenangan masa lalu. Tidak perlu dihapus juga ditambah.

Doy menemukan keluarga keduanya di Pondok Tasawuf Underground. Damai dan nyaman ia rasakan. Perasaan yang tidak pernah ia alami sejak bertahun-tahun silam.

Minuman beralkohol dan narkoba sudah tidak lagi ada di kehidupannya. Kini Doy disibukkan dengan aktivitasnya sebagai barista di kedai kopi yang merupakan salah satu lini usaha Pondok Tasawuf Underground.

Kehidupan Doy di Jakarta perlahan-lahan mulai membaik, saat ini ia bahkan mengenyam pendidikan kuliah di Universitas Pamulang.

Foto: (CNN Indonesia/ Adi Maulana)
Sebagai kaum marginal, anak punk jalanan lengket dengan stigma negatif di sendi kehidupan sosial. Tak jarang, keberadaan mereka malah dianggap meresahkan. (CNN Indonesia/ Adi Maulana)

Mengaku sempat diusir oleh ayahnya, Doy saat itu menanamkan tekad untuk menjadi orang sukses di masa mendatang. Mengetahui kehidupannya yang sekarang, orang tua Doy bangga atas pencapaian-pencapaian yang diraihnya.

"Perasaan orangtua campur aduk ada haru, sedih, senang. Dulu saya dikucilkan oleh masyarakat Alhamdulillah sekarang udah bisa menerima semua dari semua kalangan. Keluarga juga yang dulunya menganggap saya tidak ada masa depan sekarang responnya bagus positif," ucapnya.

Berkaca pada kehidupan masa lalunya, kelak ketika Doy berkeluarga ia ingin menanamkan pendidikan agama kepada anaknya sejak dini sebagai pondasi dan pedoman dalam berkehidupan.

(isn)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK