Mudik Lebih Awal dan 10 Tas Besar untuk Emak di Kampung
Siti rela kerepotan membawa satu koper, tiga tas besar, tiga kardus, ditambah beberapa printilan jinjingan tas untuk mudik ke kampung halamannya di Lamongan, Jawa Timur.
Jika ditotal, ada 10 tas yang harus dibawanya dari Jakarta ke sana menggunakan kereta api. Selain baju, tas dan kardus itu berisi oleh-oleh makanan dan kompor untuk orang tua di kampung.
Untungnya Siti tak sendiri, ia hendak pulang kampung dengan suaminya dan kedua anaknya.
Siti tahu rentang waktu menuju Lebaran masih setengah bulan lagi. Namun, ia tak sabar ingin melepas rindu kepada handai tolan di kampung, setelah dua tahun gagal mudik karena terhambat pandemi.
Siti dan keluarganya memutuskan pergi meninggalkan Jakarta, Senin (18/4) dari Stasiun Pasar Senen. Mereka tiba sekitar pukul 09.30 WIB, satu setengah jam lebih awal dari jadwal keberangkatan kereta.
Dalam rentang waktu itu, ia manfaatkan untuk mencetak tiket. Selebihnya, ia hanya duduk di kursi tunggu dan bercengkerama dengan kedua anaknya.
"Akhirnya pulang kampung ya dek," kata dia kepada anak sulungnya. Anaknya hanya mengangguk-angguk.
Raut wajah Siti semringah meski harus membawa banyak barang bawaan. Ia tak memikirkan lagi harus menjinjing tas-tas besar itu. Yang ia pikirkan adalah cepat sampai di Lamongan, berpuasa dan Lebaran di sana.
"Seneng akhirnya bisa kumpul dalam Idulfitri. Kan seneng banget. Tahun kemarin Idulfitri di sini," kata Siti sambil memangku anak bungsunya di kursi tunggu.
"Rindu orang tua juga kan. Ada orang tua di sana, saudara-saudara," ujarnya melanjutkan.
Siti juga mengaku mudik lebih awal agar bisa lebih lama di tanah kelahirannya.
"Biar di kampung lebih lama dikit. Nahan kangennya gitu. Mungkin sebulan di sana," ujarnya.
Ia bersyukur tahun ini diperbolehkan mudik dengan syarat yang lebih longgar berupa wajib booster. Jika belum booster, harus antigen.
"Kami sudah booster sebelum puasa, tadi anak juga antigen pagi," katanya.
Pukul 10.30 WIB, Siti dan keluarganya beranjak dari kursi tunggu dan masuk ke pintu 1. Ia membawa dua tas, suaminya juga. Selebihnya, ia meminta bantuan kepada porter.
Saat itu, Stasiun Pasar Senen belum begitu padat sehingga memudahkannya untuk memboyong barang bawaannya yang banyak.
"Masih belum rame untungnya," ujarnya.