Citayam Fashion Week di Sudirman dan 'Love-Hate' dari Netizen

CNN Indonesia
Rabu, 06 Jul 2022 13:16 WIB
Remaja asal Citayam, Bekasi hingga Bojong Gede membanjiri Taman Sudirman. Sebagian netizen mencibir fenomena ini merusak citra Sudirman sebagai kawasan elite.
Roy, remaja asal Citayam, Kabupaten Bogor, menikmati sore di taman kawasan Sudirman. (Foto: CNNIndonesia/Syakirun Niam)

Sebagai remaja dari keluarga kelas menengah bawah pinggiran Jakarta, Roy mengaku tak mau merepotkan orang tua. Saat ini, remaja asal Citayam itu mencukupi hari-harinya dari membuat konten di kawasan Sudirman.

Nama Roy terkerek sebagai pacar seleb Tiktok 'Jeje' yang namanya moncer di media sosial dengan setengah juta followers.

"Ngonten, kan nemenin Jeje kalau ada endorse atau gimana," tutur Roy.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hak Atas Ruang Publik

Seiring kawasan Sudirman viral di media sosial, banyak netizen menyoroti keberadaan remaja pinggiran Jakarta itu. Ada yang menyebutnya sebagai okupasi geng Citayam atas Sudirman.

Beberapa dari netizen mempersoalkan fenomena ini. Citra elite Sudirman dianggap terkoyak.

Ada yang menyoroti kebersihan Taman Sudirman, khususnya BNI City. Sebagian mengeluh karena kini taman berceceran sampah bekas nongkrong anak-anak pinggiran Jakarta. Adapula yang berkomentar dengan nada mengejek fisik remaja yang nongkrong.

Mengenai hal ini, Tegar berpendapat lain. Menurutnya, kawasan Taman Stasiun MRT Dukuh Atas merupakan ruang publik di pusat kota.

"Ini kan tempat umum karena juga pusat kota istilahnya, tempat ramai ya bebas dikunjungi siapa saja," kata Tegar.

Menurutnya, orang-orang yang nyinyir di media sosial itu mesti merasakan sendiri suasana nyaman nongkrong di BNI City.

Andri tak menampik BNI City hari ini menjadi tempat nongkrong 'jamet'.

Jamet adalah istilah kekinian untuk menyebut orang orang dengan atribut dan gaya musik metal yang oleh sebagian orang dianggap norak.

Meski demikian, menurut Andri, sebagai tempat umum Taman Stasiun MRT Dukuh Atas di Sudirman ini merupakan fasilitas publik.

Masyarakat dari Bekasi, Citayam, maupun daerah pinggiran Jakarta lainnya boleh berkunjung dan menikmati taman di pusat kota itu.

"Siapa saja boleh main di sini, yang dari mana saja boleh di sini," ujar Andri.

Bias Kelas Netizen

Kesan bias kelas ekonomi terasa dari cibiran sejumlah netizen. Ada kesan, seolah ruang publik di kawasan elite Jakarta seperti Sudirman, hanya layak diakses oleh mereka yang berpenghasilan tinggi.

Kesan bias kelas ini diamini oleh Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun. Namun Ubed menduga bias kelas netizen terjadi karena tak paham dinamika warga pinggiran Jakarta. 

Mereka yang mencibir dengan sentimen kelas juga tak paham aturan main ruang publik. 

"Saya kira cibiran itu bisa saja masuk kategori bias kelas karena mereka yang mencibir tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang dinamika masyarakat suburban," kata Ubed.

Ubed berkata masyarakat pinggiran Jakarta punya karakter antusiasme tinggi terhadap hal baru di pusat kota.

Rasa ingin tahu ini, kata Ubed, mendorong anak muda Citayam, Bekasi hingga Bojong Gede kerap mendatangi kawasan Sudirman di masa libur sekolah.

Ada banyak faktor yang mendorong serbuan remaja Citayam hingga Bekasi ke Sudirman. Mulai dari keinginan mencari hiburan baru, keterbatasan fasilitas publik di daerah asal hingga sekadar eksis layaknya anak-anak muda pada umumnya. 

Ruang publik juga tak mengenal kelas sosial. Karenanya, menurut Ubed, remaja Citayam tetap sah dan berhak mengakses kawasan Sudirman sepanjang tidak melakukan tindakan yang merusak dan melanggar norma bersama.

Ubed lantas menyentil sebagian netizen yang mencibir invasi remaja Citayam di Sudirman. Perlu empati untuk bisa menempatkan diri sejajar sebagai warga di ruang publik.

"Empati kepada mereka yang dahaga ruang publik dan dahaga hiburan dengan suasana kosmopolit saya kira itu penting ya," sambungnya.

Sore di Sudirman semakin redup. Roy masih asyik melayani remaja-remaja seusianya yang meminta foto bersama hingga membuat konten TikTok.

Bagi Roy, kawasan BNI City tak boleh dimonopoli hanya sebagai tempat tongkrongan orang-orang berduit dan elite.

Roy percaya siapapun boleh memanfaatkan ruang tersebut dengan catatan tetap menjaga sopan santun.

"Ya semua tongkrongan kan sama saja, intinya kita jaga sopan santun, walaupun dia tongkrongan mahal kalau dia kagak ngusik mah ya udah... Bawa happy saja," ujar Roy.

(iam/wis)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER