SUARA ARUS BAWAH

Dilema Aturan Pemisahan Tempat Duduk Laki-laki dan Perempuan di Angkot

CNN Indonesia
Rabu, 13 Jul 2022 10:58 WIB
Ilustrasi. Rencana ketentuan pemisahan duduk laki-laki dan perempuan di angkot menimbulkan dilema di tengah masyarakat. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta berencana memisahkan tempat duduk penumpang perempuan dan laki-laki di angkutan kota (angkot) demi mencegah pelecehan seksual. Rencana ketentuan ini menimbulkan dilema di tengah masyarakat.

Sebagian penumpang menyambut baik aturan ini karena dirasa memberikan rasa aman. Namun, para sopir angkot, khususnya yang reguler (non-JakLingko) merasa terbebani dengan aturan tersebut.

Seperti Tuani (32), seorang sopir angkot reguler nomor 27 trayek Pulo Gadung-Kampung Melayu. Ia mengaku belum mengetahui kabar kebijakan itu. Namun menurutnya, kebijakan tersebut memberatkan dan akan berpengaruh kepada setorannya.

"Memberatkan. Soalnya kalau penumpang [perempuan] naik di sini [bangku kanan] ibaratnya kosong, di sana [bangku kiri] udah penuh. Sementara di sini [bangku kanan] cuma dua cowok, kalau enggak dinaikin [penumpang perempuannya] ya rugi kita," ujar Tuani kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/7).

Tuani mengatakan pemerintah sebaiknya menjaring aspirasi warga sebelum membuat kebijakan. Sebab, kebijakan pemerintah akan berdampak terhadap kehidupan warga.

"Tanya dulu, kalau mau pemerintahnya mau bayar setoran enggak apa-apa. Ya jangan bikin peraturan doang, mau gak pemerintahnya itu bayar setoran? Jangan lihat ke atas, lihat dulu ke bawah rakyatnya," ujarnya.

Pendapat serupa juga disuarakan oleh sesama sopir angkot reguler nomor 27 lain, yakni Agus (55). Ia mengaku kurang setuju terhadap kebijakan pemisahan tempat duduk penumpang perempuan dan laki-laki di angkot.

Namun, Agus merasa pendapatnya sebagai rakyat kecil tak akan mengubah keputusan yang telah diambil pemerintah.

"Enggak setuju. Walaupun enggak setuju juga percuma, enggak bakal bisa mengubah keputusan. Orang susah mah tinggal ikutin aja. Mau dibikin apa saja terserah yang punya hak saja," kata Agus.

Menurutnya, pemisahan tempat duduk ini tidak akan terlalu berpengaruh terhadap berkuranganya kasus pelecehan seksual. Agus berpendapat, pelecehan seksual terjadi di mana saja.

"Enggak bakal bisa mengubah kejahatan begitu mah. Enggak bakal bisa. Coba saja. Kalau kejahatan di mana saja ada. Jangankan di angkot, di kantor aja banyak kan," tuturnya.

Sopir angkot JakLingko Muhammad Rizki (31) menyambut baik kebijakan pemisahan tempat duduk penumpang perempuan dan laki-laki, Selasa (12/7). (CNN Indonesia/Poppy Fadhilah).

Lain halnya dengan Muhammad Rizki (31), sopir JakLingko Jak.24 trayek Senen-Pulo Gadung (Via Kelapa Gading) yang menyambut baik rencana tersebut. Ia bahkan menyarankan bangku depan penumpang diprioritaskan untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan penumpang membawa anak.

"Kalau mau laki-laki di sebelah kiri, perempuan di sebelah kanan. Karena penumpang perempuan itu lebih banyak daripada laki-laki. Penumpang laki-laki palingan sedikit, bangku tiga juga cukup. Mendingan perempuan di bangku lima. Di depan kan prioritas, ibu hamil, membawa anak, ibu menyusui," kata Rizki.

Dia menjelaskan sepi atau tidaknya penumpang JakLingko tak akan berpengaruh dengan pendapatannya. Hal ini berbeda dengan sopir angkot reguler.

Penumpang Usul Ada Angkot Khusus Perempuan


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :