Farwiza Farhan Ingin Hutan Leuser Dikenal Seperti Amazon

CNN Indonesia
Jumat, 30 Sep 2022 07:31 WIB
Aktivis lingkungan asal Aceh, Farwiza Farhan berharap Hutan Leuser bisa lebih dikenal seperti Hutan Amazon (Dani Randi)
Banda Aceh, CNN Indonesia --

Aktivis lingkungan asal Aceh, Farwiza Farhan ingin agar Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) bisa terkenal seperti Hutan Amazon di Benua Amerika, Kongo Basin di Kongo, dan Daintree Forest di Australia.

Sejauh ini, kata Wiza hanya segelintir masyarakat di Indonesia yang mengetahui keberadaan Hutan Leuser.

"Kita bicara soal Amazon, semua orang tahu Amazon itu di mana, Kongo Basin, Daintree Forest di Australia. Bahkan kita hampir tidak pernah mendengar Kawasan Ekosistem Leuser itu di mana sih? bahkan banyak orang Indonesia itu tidak tahu Leuser itu di mana," ujar Farwiza kepada CNNIndonesia.com, Kamis (29/9).

Jika berbicara landscape areal hutan lindung di seluruh dunia, masyarakat hanya mengetahui hutan Amazon hingga tau lokasinya di mana. Sementara hutan Leuser, kata Wiza, sama sekali banyak yang tidak mengetahuinya.

Untuk itu dengan adanya publikasi dari Majalah TIME, ia berharap akan banyak orang yang mengetahui hutan Leuser dan flora fauna yang hidup di dalamnya.

Vegetasi Kawasan Ekosistem Leuser di daerah Lumut, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Minggu (23/11). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/Rei/nz/14.

Dengan begitu, masyarakat jadi tergerak untuk melestarikan dan menjaga hutan lindung terluas di Indonesia tersebut.

"Istilahnya itu tidak kenal maka tak sayang, kalau tak sayang mana ada keinginan untuk melindungi," ucapnya.

Farwiza Farhan merupakan Ketua Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) organisasi nirlaba yang fokus pada konservasi, perlindungan, dan pemulihan ekosistem Leuser di Aceh.

Farwiza bekerja pada aspek kebijakan dan advokasi. Ia berfokus untuk meningkatkan akses dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan dan mata pencaharian mereka.

Perempuan kelahiran Banda Aceh, 1 Mei 1986 ini menempuh pendidikan sarjana sains dengan studi biologi kelautan dari Universiti Sains Malaysia. Ia kemudian menempuh pendidikan Magister Manajemen Lingkungan di The University of Queensland, Australia, pada 2009-2010.

Farwiza melanjutkan studi doktor Antropologi Budaya dan Studi Pembangunan Universitas Radboud sejak 2013 serta studi antropologi di Universitas Amsterdam dari 2016 sampai sekarang.

Farwiza telah meraih sejumlah penghargaan, yakni penghargaan National Geographic Wayfinder Award 2022, pemenang Pritzker Emerging Environmental Genius Award 2021, TED Fellow 2021, Future for Nature Award 2017, serta Whitley Award 2016.

(dra/bmw)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK